Hutang Konsumtif
Â
Hutang jenis ini sangatlah berbeda dengan hutang produktif, kenapa? Seperti namanya hutang konsumtif, hutang bisa saja menjadi boomerang untuk Anda. Karena hutang ini hanya akan memenuhin kebutuhan dari keinginan Anda semata, contohnya adalah ketika Anda ingin mengganti smartphone dengan cara berhutang dengan KTA/Kartu kredit. hal ini sangatlah tidak menguntungkan Anda dan tidak akan menambah berkembangan pundi-pundi Anda. Belum lagi ketika Anda memiliki keterlambatan pengembalian hutang biasanya Anda akan dikenakan biaya tambahan atau denda karena adanya keterlambatan.
Â
Bagaimana dengan yang ini?
Â
Misalnya seorang graphic designer memutuskan untuk membeli MacBook seharga 20 juta rupiah dengan kartu kredit untuk keperluan pekerjaannya. Dia menganggap fitur dan spesifikasi yang ada di dalam MacBook tersebut dapat membuatnya lebih produktif, Â Apakah ini termasuk hutang yang bersifat produktif atau konsumtif? Tentu saja produktif, karena walaupun membeli dengan kartu kredit, dia dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan sesuai dengan kebutuhannya.
Â
Ada satu kasus lagi, misalnya saja seorang akuntan yang ini membeli MacBook tersebut. Hutang untuk menunjang pekerjaan Anda. Apakah langsung dianggap hutang yang konsumtif? Belum tentu. Bisa saja, dia adalah seorang akuntan yang juga memiliki bakat di bidang desain, lalu MacBook tersebut dapat dimanfaatkan untuk pekerjaan sampingan sebagai desainer lepas, dan bisa juga digunakan untuk mendukung pekerjaan utamanya dengan memasang software akuntansi. Tentu saja utang tersebut langsung terhitung sebagai utang yang produktif. Lain halnya jika ia hanya menggunakannya untuk menonton film atau sekedar browsing. Tentu saja tidak ada nilai yang bertambah dari benda tersebut, jika ini terjadi maka otomatis cicilan yang sedang berjalan langsung berubah menjadi hutang yang bersifat konsumtif.Â
Â
Cara Menghindari Hutang Konsumtif