Sudah bersyukur kok hidup masih sulit? bukankah kalau bersyukur maka nikmat akan ditambah ya?
Menurut gue, memaksakan bersyukur itu beda dengan bersyukur itu sendiri. bersyukur adalah ungkapan rasa terima kasih atas segala hal yang sudah diterima. Ingat kalimat kuncinya 'atas segala hal yang telah diterima', mau yang diterima itu hal yang diinginkan maupun hal yang tidak diinginkan.
Bersyukur itu urusan rasa di dalam hati bukan sekedar ucapan, kita berkali-kali mengucapkan kalimat Hamdalah atau ucapan terima kasih pada Tuhan tapi hati kita masih ada 'ganjalan', ya itu bukanlah bersyukur namanya.
Kebanyakan orang lebih mudah untuk bersyukur ketika mendapatkan hal-hal yang baik, menyenangkan, dan menenangkan hati. Sebab, ada yang disyukuri. Tapi lebih sulit bersyukur disaat pikiran ruwet dan hati sumpek, butuh perenungan lebih dalam dan pemikiran lebih panjang untuk melakukannya. Orang yang pikiran dan hatinya sedang resah, galau, dan sedih sangat sulit untuk melakukan perenungan agar bisa bersyukur (Bukan berarti tidak bisa bersyukur)
Kita mudah saja mengatakan pd orang lain yang sedang resah 'kunci bahagia adalah bersyukur'. Â lah... emosi kita saat mengatakan itu sedang stabil dan mungkin kita masih dalam kondisi normal. Belum tentu disaat kita mendapatkan musibah besar yang mendadak tau masalah yang datang bertubi-tubi, kita bisa mengatakan hal seperti itu.
Memaksakan bersyukur disaat hati dan pikiran sedang tidak menentu malah makin memunculkan pembanding-pembanding yang baru... misal kita paksain tuh bersyukur dengan berpikir positif, kita ucapkan terima kasih berkali-kali, tetep aja perasaan enek dan ga enak itu tetap muncul... kadang malah yang muncul di pikiran kita adalah pemikiran untuk membandingkan diri kita dengan orang yang lebih beruntung.
Menurut gue, untuk bersyukur dengan baik disaat hati dan pikiran ruwet adalah jangan paksakan diri kita untuk berpikir positif... semakin dipaksa untuk berpikir positif, yang ada malah pikiran negatif terus bermunculan. Kita malah banyak membuang-buang tenaga kita untuk bertarung dengan pikiran kita sendiri...
Cobalah untuk tenang dan menerima setiap masalah yang datang bertubi-tubi itu sebagai bagian dari hidup kita, akui saja pada diri sendiri bahwa ini memang salah kita atau kita memiliki andil dalam masalah ini, kemudian maafkanlah diri sendiri dengan mengucapkan dalam hati... 'Maafkan aku... maafkan aku... maafkan aku...', lalu minta maaflah pada sang pencipta, dengan beristighfar, atau dengan doa-doa yang kalian yakini... terimalah masalah itu sebagai bagian pembelajaran untuk mendewasakan diri. bagi yang ingin menangis... menangis lah... bagi yang ingin menjerit menjeritlah... siapkan sebuah bantal, kemudian benamkan wajah kita pada pada bantal itu, lalu menjeritlah... luapkan emosi itu agar hati lebih tenang dalam menerima. tapi ingat gunakan bantal milik sendiri, bukan bantal orang lain, kalau pakai bantal orang lain, mungkin anda bisa tenang, tapi pemilik bantal mungkin akan resah karena bantalnya bau.
Ketika hati kita sudah tenang dan pikiran kita rileks, barulah pikirkanlah hal-hal baik yang sudah diraih, keberuntungan-keberuntungan yang pernah didapatkan di masa lalu, kemudian tersenyumlah dan ucapkanlah Terima Kasih pada Tuhan entah dengan ucapan Hamdalah atau ucapan lainnya. ucapkan itu dengan segenap perasaan tanpa kata 'tapi'.Â
Ketika perasaan dan hati tenang, makna syukur yang sejati bisa kita dapatkan walaupun sedang dalam kondisi terendah sekalipun.
kadang, solusi dari berbagai masalah yang kita hadapi tertutup oleh ambisi dan perasaan negatif yang menumpuk di pikiran kita. banyak pintu terbuka tapi kita tidak bisa melihatnya karena mata kita dibutakan oleh emosi negatif seperti kegelisahan, rasa takut, marah, dsb.