Dua ribu dua puluh
Menyisakan berbagai peluh
Dengan ragam media berita keruh
Hingga penindasan yang berujung ricuh.
Dua ribu dua puluh
Berita-berita berkumpul kisruh
Mengecapkan berbagai suasana buruk di bulan ketujuh
Desis warta kematian semakin gaduh.
Dua ribu dua puluh
Drama kian bergemuruh
Denting alunan bersuara riuh
Pertanda rezim otoriter mulai berkuasa di orde kumuh.
Dua ribu dua puluh
Peradaban semakin runtuh
Perampasan hak semakin membunuh,
Kami rakyat jelata---lusuh.
Dua ribu dua puluh
Berbagai keadilan tampak tak acuh
Oh Tuan, kami sudah jenuh
Dengan perlakuan aparat kepada kami---kaum buruh.
Baris terakhir sajak dua ribu dua puluh
Sang maestro sastra tersungkur luruh
Karyanya pun tak akan rubuh
Walau sudah berlumur debu hingga layuh.
Karanganyar, 21 Juli 2020
-RuangSinggah
#Ruangsinggah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H