Mohon tunggu...
Cahyo Rizki
Cahyo Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lakukanlah tanpa tapi dan tanpa nanti

Keluar dari zona nyaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cerita Kuliah di Masa Pandemi

20 Maret 2021   11:22 Diperbarui: 8 Januari 2024   05:43 2507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Cerita ini di mulai saat aku duduk di bangku SMA kelas X, saat itu Hidayatullah mengadakan JAMNAS I pandu hidayatullah Se-Indonesia yang di adakan di kota Malang Jawa timur. Dari kegiatan JAMNAS itulah awal mula aku mengenal  kampus STAIL ( Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al Hakim ) Surabaya. Dalam perjalanan, rombongan kami sempat singgah untuk bersilaturahmi dan menginap satu malam di kampus STAIL.

Waktu menunjukan tepat  pukul 03:00, saat itu malam masih gelap, cuaca masih dingin, di mana kebanyakan orang masih memilih untuk terlelap dalam tidurnya. Namun berbanding terbalik dengan suasana kampus STAIL  ketika malam itu, pukul 03:00 shaf-shaf di masjid telah terpenuhi oleh para santri SMP, SMA, bahkan Mahasiswanya pun ikut serta dalam melaksanakan sholat tahajjud. Apalagi di zaman sekarang, zaman yang penuh dengan fitnah, pergaulan bebas, tentu pendidikan agama menjadi salah satu benteng agar kaum muda tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. di situlah awal mula aku tertarik untuk kuliah di STAIL.

Singkat cerita, Setelah lulus dari bangku SMA tahun 2019, aku tidak langsung kuliah. program sekolah mewajibkan seluruh siswa yang lulus harus mengabdi selama Satu tahun. Dalam masa pengabdian itulah aku banyak mendapatkan ilmu, dari ilmu IT, menjadi seorang guru, menjadi pengasuh, bahkan aku pernah di beri amanah menjadi wali kelas. Dari pengalaman itulah aku ingin mempelajari lebih dalam ilmu pendidikan di perguruan tinggi.

Satu tahun telah berlalu masa pengabdian, dan sudah saatnya aku untuk mendaftar kuliah. aku pun mencari informasi pendaftaran untuk kuliah di STAIL. Kebetulan di pondok tempatku belajar ada seorang ust alumni STAIL, ust Bunyanun Marsus, biasa kami memanggil beliau ust Nano, jadi informasi tentang STAIL lebih mudah aku dapatkan. Di STAIL aku mengambil Prodi MPI ( Manajemen Pendidikan Islam). Setelah melewati proses pendaftaran, tes akademik, dan lain sebagainya, akhirnya aku di nyatakan lulus.

Kampus baru, suasana baru, dan teman-teman baru, seperti itulah yang seharusnya di rasakan setiap mahasiswa, yang baru pertama kali merasakan bangku kuliah. Tetapi berbeda dengan mahasiswa angkatan 2020, ada kesan yang berbeda di tahun ini. Karena Covid-19 yang tengah melanda negeri ini,  dari awal masuk kuliah aku hanya bisa melihat para dosen dan teman-teman dari layar handphone. aku tidak bisa mengenal mereka lebih dekat lagi. Ketika petama kali OSPEK ( secara online ), masing-masing dari kami memperkenalkan diri, dan ternyata teman-temanku berasal dari berbagai daerah. ada yang berasal dari Papua, Kalimantan, Jawa, pokoknya dari sabang sampai merauke. Kadang hati kecilku berbisik, ” coba gk ada corona, pasti seru nihh bisa ngumpul sama teman-teman dari berbagai daerah”.  Namun apalah daya, itu semua berbeda dari kenyataan yang sebenarnya.

Kalau di tanya apa sih enaknya kuliah online? Memang kuliah secara online lebih fleksibel, namun ada beberapa kendala yang di hadapi saat kuliah secara online. jaringan harus kuat dan kuota internet pun harus selalu ada. “giliran pulsa ada, jaringan yang gk ada, giliran jaringan ada, ehhh pulsanya yang habis, hehe”. Ucap salah satu mahasiswa STAIL, Rion widagdo,  yang berasal dari Maluku utara. Selain jaringan dan paket internet, masalah perbedaan waktu juga menjadi kendala, misalkan di saat dosen sedang menjelaskan materinya pasti ada saja satu atau dua orang mahasiswa yang izin meninggalkan kelas karena harus melaksanakan sholat. Sehingga materi yang di sampaikan dosen tidak dapat di terima dan di pahami secara maksimal oleh mahasiswa.

Di tengah kendala saat melaksanakan perkuliahan secara online, banyak juga cerita menarik dari teman-teman saat perkuliahan sedang berlangsung. Misalkan, Kuliah secara online bisa di laksanakan sedikit lebih santai. “kuliah online enaknya bisa sambil rebahan, sambil ngemil juga bisa”, kata Rion, mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan itu. Kejadian yang sama juga terjadi pada teman-teman yang lain, saat tugas presentasi makalah suaranya putus-putus karena kendala jaringan, atau tiba-tiba pulsa data mau habis, itu sudah menjadi hal yang biasa dalam perkuliahan online. Aku sendiri pernah mengalami hal-hal demikian, saat perkuliahan berlangsung, tiba-tiba ada notifikasi chat dari seseorang, kadang aku balas dulu chatnya baru kembali lagi ke ruang kelas.

Sistem kuliah secara online memang kurang efektif, prakteknya kurang, sehingga materi yang di sampaikan dosen hanya sekedar memahami saja, tetapi belum sampai pada tahap terjun langsung ke lapangan.

Sudah dua semester aku melewati proses perkuliahan secara online. Jenuh, malas, dan bosan, kadang perasaan itu muncul seketika. Sehingga banyak dari teman-teman yang memilih mundur atau pindah ke kampus yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya.  Namun, hal itu tidak membuat semangatku patah untuk menuntut ilmu. Sesekali perasaan itu muncul hati kecilku kembali berbisik “ kamu tidak boleh menyerah begitu saja. Ingat, Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil”. Motivasi sederhana itulah yang membuat aku bisa bertahan melewati proses perkuliahan online yang sangat membosankan ini. Imam Syafi’i juga pernah berkata “ Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya  kebodohan”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun