Mohon tunggu...
Cahyo Budiman
Cahyo Budiman Mohon Tunggu... Ilmuwan - Orang biasa

tukang bakso dan mie rebus

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Buku Biokimia untuk Ketua KPK

27 November 2010   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:15 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_74854" align="alignleft" width="181" caption="http://www.0471214957.com/reviews.html"][/caption] Ijinkan saya mengucapkan selamat dan turut menaruh harapan pada ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terpilih, Busyro Muqodas. Lepas dari sisi-sisi kekurangan beliau, saya hanya ingin (setidaknya) menjaga nyala lilin harapan itu tetap ada. Jingle lagu "partai tetangga" saya judulnya malah: "Harapan itu Masih Ada". Bagi yang berkepentingan, mohon ijin dan mohon maaf jika saya menggunakan jingle lagu ini untuk menyambut ketua KPK baru, semoga tidak keberatan :D. Dan dalam rangka itulah, ingin sekali saya bertemu dengan beliau untuk menitipkan satu hadiah buku untuk bisa beliau baca dan pelajari selama memimpin KPK. Buku apakah itu ? Jangan kaget kalau saya menjawabnya dengan : Buku Biokimia !! sebuah buku yang berisi tentang proses-proses kimiawi dalam sel-sel makhluk hidup. Yup, sama sekali bukan buku yang ruwet-ruwet tentang politik, ekonomi, dan sejenisnya. Kenapa buku Biokimia ? ada dua alasan yang mendorong saya. Pertama, jelas karena saya lebih banyak berkutat dengan ilmu-ilmu biokima dan yang terkait. Jadi lebih baik memberikan buku yang saya fahami luar dalamnya ketimbang saya kasih buku ekonomi, politik, filsafat, atau "sop ayam" (chicken soup :D) yang saya sendiri tidak faham.  Mohon dimaafkan keterbatasan wawasan dan ilmu saya tersebut. Kedua, karena buku Biokimia mengajarkan sikap anti korupsi dan manipulasi yang layak disebarkan dan ditiupkan ke seluruh penduduk negeri ini, khususnya para pejabat yang suka menyelewengkan wewenangnya. Bahkan spirit tersebut tersimpan dalam sel-sel tubuh kita yang seolah-olah menyiratkan bahwa : "sikap korupsi bahkan bertentangan dengan sifat alami tubuh kita sendiri". Setidaknya kita perlu tahu dan perlu belajar bahwa sel tubuh manusia bahkan mengajari kita untuk menjauhi sikap-sikap koruptif dan manipulatif. Dari mana kita mendapatkan spirit tersebut ? Tentu saja dari rangkaian-rangkaian peristiwa seluler dalam tubuh kita. Mulai dari bagaimana bentuk DNA (unit penyusun gen), hingga mekanisme sintesis protein dari ekspresi gen tersebut. Jika peristiwa-peristiwa tersebut dibaca dengan "kaca mata" lain, akan banyak nilai-nilai positif yang bisa kita peroleh. Nilai-nilai tersebut merupakan fundamental dalam melawan sikap-sikap koruptif dan manipulatif yang muncul di tengah kita. Apa sajakah itu? Pertama, belajar mensyukuri "rizki" lewat DNA. Coba kita lamat-lamat perhatikan susunan DNA yang terbentuk dari 4 jenis basa : adenin (A), guanin (G), tymin (T), dan cytosin (C). Adenin akan selalu berpasangan dengan tymin lewat 2 ikatan hidrogen, sedangkan gunaine dipastikan akan berpasangan dengan cytosin lewat 3 ikatan hidrogen. Mereka konsisten dengan "hak" dan "kewajiban"nya masing-masing. Adenin tidak pernah menyerobot hak guanin untuk berikatan dengan tymin, sebaliknya guanin juga merasa bersyukur dengan "rizki"nya mendapatkan "cytosin". Di sisi lain, guanin dan cytosin merupakan faktor penentu "stabilitas" DNA karena jumlah ikatan hidrogennya yang lebih banyak ketimbang adenin-tymin. Uniknya, adenin dan tymin tidak pernah "iri" dengan jumlah ikatan hidrogennya yang cuma dua biji tersebut. Mereka pun "santai-santai" saja meski bukan dianggap sebagai penentu utama stabilitas untai DNA. Ada sikap "syukur" yang dipertontonkan oleh pasangan basa dalam DNA di dalam sel-sel kita sehingga tidak saling menyerobot satu sama lain. [caption id="attachment_74848" align="alignright" width="194" caption="[wikipedia.com"]

12908327041211270679
12908327041211270679
[/caption]Apa yang terjadi jika mereka "menyerobot" hak orang lain ? Misalnya saj guanin merebut adenin dari tymin, sehingga terbentuk pasangan GA. Inilah tindakan salah satu "koruptif" karena menyerobot hak "orang lain". Dalam biokimia kita sebut dengan "mismatch" (bahasa gaulnya: "gak mecing"). Fenomena mismatch ini akan menyebabkan DNA menjadi rusak dan tidak berfungsi normal kembali. Kejadiannya memang jarang, hanya terjadi pada 1 dari sejuta manusia bisa mengalami mismatch akibat tindakan koruptif pasangan basa tersebut. Kita bisa membayangkan apa yang terjadi jika DNA menjadi rusak, berbagai penyakit tentu kemudian akan muncul. Dalam dimensi yang lebih luas, sikap mengingkari syukur ini akan mendorong "penyakit-penyakit" bergentayangan di negeri kita karena cenderung bersandar pada prinsip "rumput tetangga lebih hijau". Yang terjadi kemudian adalah, tindakan-tindakan koruptif dan manipulatif dengan menyerobot dan menilap hak orang lain. Efeknya, negara ini jatuh dalam keterpurukan yang berkepanjangan. Kedua, belajar "kejujuran" dari gen kita. Kita semua sadar bahwa sejatinya "cetak biru" sifat (fenotipik) yang berbeda manusia ada dalam arsip ruas-ruas gen kita yang jumlahnya sekitar 20 ribu gen (keseluruhannya disebut genom. Tidak terlalu berlebihan jika pakar genetika Dr. Craig Venter menulis biografinya dengan judul menggelitik : "My Genome My Life", karena genomenya mengendalikan perilaku hidupnya. Apapun yang muncul dari "penampakan" tubuh kita, bisa kita telusuri jawabanya pada ruas gen dalam tubuh kita. Disinilah gen tidak pernah berbohong, apa saja yang dikode didalamnya, akan kemudian "diekspresikan", entah itu kita sadar atau tidak. Gen juga tidak pernah "menutup-nutupi" perbedaan yang kita punya dengan orang lain. Mari kita bandingkan orang yang risk taker dan yang cenderung peragu dalam mengambil keputusan. Pada orang yang risk taker kemungkinan gen pengkode reseptor  dopamin jauh lebih panjang dari pada orang yang peragu dan lamban. Reseptor dopamin akan memungkinkan arus informasi antar sel syaraf dalam otak "berlari" sangat cepat sehingga akumulasi informasi jauh lebih banyak dan lebih cepat pada orang dengan reseptor dopamin lebih banyak. Hasilnya, orang akan berani mengambil keputusan secara tepat dengan adanya akumulasi informasi di dalam otak tersebut sebagai background (tentang ini saya pernah menisnya di sini). Gen tidak pernah berbohong tentang informasi ini di dalam tubuh kita. Masih tidak percaya? Bagi anda yang kurus kerempeng, coba tengok teman atau saudaranya yang berbadan subur dan makmur.  Gen bisa mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan dua tubuh kontras tersebut dari pada kita terus-terusan berdebat tentang jumlah makanan antara si kurus dan si gemuk. Kita sama-sama punya kelompok gen yang bekerja bersama yang menyebabkan munculnya respon kenyang. Hasil pengamatan pada tikus menunjukkan bahwa   pusat respon kenyang tersebut bisa dihambat oleh fungsi berlebihan gen lainnya. Inilah yang terjadi pada orang gemuk sehingga porsi makannya jelas berbeda dengan kita. Orang gemuk juga diduga memiliki gen yang lain dalam beberapa tikus mengakibatkan tubuh mereka memproduksi hormon tertentu secara berlebihan. Akibat dari hormon-hormon ini membuat tikus mudah menghasilkan lemak tubuh atau sangat susah untuk membakar lemak tubuh sehingga perlu "excersise" berlebih untuksecara proporsional membakar lemak tersebut. Sekali lagi, gen tidak pernah berbohong dalam menampilkan karakter kita. Apa yang tertulis dan tersimpan dalam gen, itu juga yang akan terekspresikan. Nilai-nilai kejujuran dan transparansi dari gen merupakan satu fondasi untuk mengganyang perilaku-perlikau koruptif ! Bukankah memalsukan kwitansi adalah bentuk ketidak jujuran? bukankah mengelak dari fakta keterlibatan makelar kasus juga bagian dari kebohongan para pejabat kita? Ketiga, terakhir, belajar "taat aturan" dari proses sintesis protein. Protokolnya jelas bagi protein untuk bisa disintesis, gen atau DNA disulap menjadi RNA (transkripsi) kemudian RNA dibaca oleh ribosom (komponen dalam sel) dan kode-kodenya diterjemahkan menjadi protein (translasi). Prosedur tetap ini dikenal dengan nama central dogma. Dan semua protein mengikuti prosedur ini dengan konsisten. Tidak pernah ada yang menyerobot "antrian" tanpa melalui RNA untuk bisa ke ribosom, tidak pernah ada juga yang mencoba "memanipulasi" dengan membalik-balikan urutannya. [caption id="attachment_74851" align="alignleft" width="281" caption="http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/600glycolysis.html"]
1290832911128472864
1290832911128472864
[/caption] Bukan cuma sintesis protein yang taat azas, semua mekanisme selular dalam tubuh kita mengikuti prosedur-prosedur tetap mereka masing-masing. Lihat bagaimana "ciamik"-nya tubuh kita memetabolisme karbohidrat misalnya. Dia dipotong menjadi gula-gula kecil, kemudian ditempeli molekul fosfat dan dirubah menjadi asam piruvat. Asam privuat akan melalui dua jalur, jika kita berikan oksigen maka dia akan masuk sebuah siklus lebih lanjut yang disebut dengan siklus Krebs (dikenal juga dengan TCA cycle), setelah itu masuk dalam mesin tranport elektron, dan barulah kita peroleh energi untuk tubuh kita dalam bentuk molekul ATP. Bagaimana jika tanpa oksigen ? asam piruvat akan dikonversi menjadi asam laktat yang jika terdeposit dalam jumlah besar akan menyebabkan kram pada otot-otot kita. Tidak usah khawatir, biarkah sel itu rileks dan menagkap kembali oksigen sehingga asam laktat dirubah kembali menjadi asam piruvat dan kembali masuk ke dalam siklus Krebs. Sangat indah dan cantik sekali prosedur ini. Itulah sebagian dari fenomena-fenomena "taat azas" yang bisa kita temui dalam sel tubuh kita. Dalam konteks kebangsaan, jika saja kita taat pada tata nilai dan hukum yang berlaku, mengikuti prosedur yang digariskan sistem hukum yang benar, tentu tindakan-tindakan korupsi dan manipulasi akan bisa dihindari. Apa yang bisa kita baca dari buku Biokimia adalah fakta bahwa sel-sel tubuh kita secara alami menolak perilaku-perilaku ketidak jujuran, pelanggaran hukum, dan mengingkari nikmat yang sudah diberikan. Sel kita menolak upaya-upaya korupsi dan manipulasi yang lahir dari rangakian perilaku tersebut. Sehingga esensinya, koruptor yang gentayangan di negeri ini tidak lain adalah sekelompok orang yang hidup dengan melawan "kehendak" dan "prinsip" sel-sel tubuhnya sendiri. Pelajaran bersyukur dari DNA dia singkirkan, lebih cenderung mengingkan yang lebih dan lebih. Kejujuran gen dia abaikan, lebih memilih melakukan tumpukan manipulasi demi kepentinganya. Hukum pun dia labrak dengan menyingkirkan bagaimana karbohidrat dan protein mengajari kita taat pada azas. Sebagai ketua KPK baru, semoga saja Busyro Muqodas bisa mengambil spirit yang tersimpan dalam peristiwa menakjubkan dalam sel-sel tubuh kita. Spirit yang perlu terus ditiupkan sebagai bagian dari solusi mencampakkan sikap-sikap koruptif dan manipulatif di negeri ini. Semoga beliau ada waktu untuk membaca buku Biokimia, bukan sekedar menghafal rangkaian pasal dalam KUHP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun