Tanggal 02 MeiBangsa Indonesia memperingati hari pendidikan. Pendidikan adalah modal besarbagi sebuah bangsa. Negara-negara besar yang kita kenal memulai denganmelakukan inventasi besar dalam bidang pendidikan. JeanJaqques rosseau, seorang tokoh pembaharu prancis menyebutkan, semua yang kitabutuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir, hanya akan kita penuhi melaluipendidikan. Aristoteles, ahli filsafat yunani kuno lebih lanjut berpendapatbahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulumemperbaiki system pendidikan.
Kesadaranakan pentingnya pedidikan sejak awal juga disadari oleh para founding father negeri ini. Dalamsejarah pendidikan di Negara ini tentunya kita kenal Ki Hajar Dewantara. Dalamrangka berjuang membebaskan Negara ini Ki Hajar Dewantara memilih berjuangmelalui bidang pendidikan. Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922mendrikan organisasai Tamansiswa. Semua organisasi yang terkenal dengan slogan“ Ing ngarso sung Tulodho, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani”.Sebagai penghargaan kepada Ki Hajar Dewantara yang menjadikan tanggal lahir KiHajar Dewantara dijadikan sebagai hari Pendidikan.
BangsaIndonesia pada saat ini sudah memasuki usia 70 Tahun. Beragam pembangunan sudahdilakukan. Dunia pendidikan juga menjadi perhatian besar dalam pembangunan diNegara Indonesia. Amanah UU bahkan mewajibkan pemerintah mengalokasikananggaran minimal 20% untuk dunia pendidikan. Berbagai kemajuan juga sudahdiraih dunia pendidikan di ranah internasional. Meski begitu tidak dipungkirimasih banyak persoalan yang dihadapi pemerintah terkait dunia pendidikan.
Salahsatu persoalan yang dihadapi oleh pemerintah dalam dunia pendidikan adalahpersoalan pemerataan. Hal ini yang menjadikan salah satu strategi KementerianPendidikan dan Kebudayaan adalah Pemerataan Akses Pendidikan. Puluhan ribusekolah tersebat dari Sabang sampai Merauke. Kondisi sekolah tersebut berbedabeda.
Sekolah yang berada di perkotaan relative lebih baik fasilitasnyadibandingkan sekolah dipinggiran bahkan pedalaman. Penulis sendiri pernahmengunjungi sebuah sekolah di Mentobi pedalaman Kalimantan Tengah. Betapakondisi sekolah di pedalaman bisa dikatakan tidak layak. Kondisi bangunanbanyak yang sudah rusak, tempat duduk dan meja siswa yang juga banyak rusak.Proses pembejaran juga sangat memprihatinkan. Juumlah kelas sebanyak 6 kelashanya diampu oleh 3 guru, itu pun kadang hanya satu guru yang aktif dalampembelajaran.
Itulahsedikit potret disparitas pendidikan di Indonesia. Satu sisi dengan mudah kitamelihat sekolah dengan peralatan yang lengkap dan berkualitas, akan tetapidalam sisi lain banyak pula kita temukan sekolah dengan kondisi yang sangatmemprihatinkan. Tentunya kalau kita hanya melihat dengan kaca mata muda akandengan mudah kita menyalahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Padahalkondisi tidak sesederhana tersebut. Puluhan ribu sekolah, jutaan guru dan siswatentunya membutuhkan biaya besar. Keterbatasan anggaran menjadi persoalantersendiri dalam pemeraan akses pendidikan. Kementerian Pendidikan danKebudayaan membutuhkan anggaran yang besar untuk menuntaskan percepatanpemerataan akses tersebut.
Padatahun 2015 Pemerintah melaksanakan Uji Kompetensi Guru (UKG). UKG ini sebagaibagian dari pemerintah untuk melihat tingkat kompetensi guru. Hasil UKG sudahsama sama kita ketehui Hasil UKG tahun 2015 relatif hasilnya lebih baik denganUKG sebelumnya. Meski begiti secara rata-rata hasil UKG masih memprihatinkan.Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 5,2. Meski hasil 5,2 ini lebih baikdibanding tahun sebelumnya. Tapi pencapaian skor tersebut menunjukan kompetensiguru masih rendah.
Permasalahanpendidikan yang sedemikian kompleks tersebut yang menjadikan tidak mudahmengurai permasalahan. Kesabaran dan kerjasa semua pihak sangat dibutugkanuntuk menuntaskan persoalan tersebut diatas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H