LGBT akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang hangat. Baik itu perbincangan di dunia maya maupun dalam dunia yang sesungguhnya. Di sebuah pojok warung kopi yang penulis sambangi LGBT juga seakan menjadi santapan menu tambahan. Meski tidak dikomando para juru dakwah juga menghiasi ceramah mereka dengan mengambil tema LGBT. Meski menurut seorang teman penulis perdebatan LGBT di Indonesia sebenarnya masih masuk katagori esek-esek. Di USA perdebatan sudah masuk dalam wilyah politik dan akademik. Banyak pakar di USA yang mengamati dan melakukan penelitian terkait LGBT kemudian terlibat dalam sebuah perdebatan.
Seperti kita ketahui bahwa ada dua pendapat terkait dengan LGBT. Meski dalam konteks bersikap terkait dengan eksistensi LGBT kemungkinan tidak hanya terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang meyakini bahwa LGBT adalah sebuah fitrah dan kehendak tuhan. Para pendukung pro LGBT biasanya mengutip pendapat dari beberapa ahli bahwa LGBT disebabkan adanya faktor gen yang berbeda antara orang yang LGBT dengan orang bukan LGBT.
Akan tetapi pendapat ini ternyata tidak begitu kuat. Apalagi sudah ada riset yang membantah pendapat diatas (baca: Runtuhnya Teori ‘Gen Gay’). Pendapat terakhir menyatakan bahwa LGBT disebabkan karena adanya struktur batang otak yang berbeda dengan orang bukan LGBT. Akan tetapi pendapat ini juga belum didasarkan kepada hasil riset yang kuat
Akan tetapi justru banyak riset yang membuktikan LGBT bukanlah karena faktor gen atau batang otak. LGBT adalah faktor lingkungan. Lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi LGBT atau tidak. Di Amerika banyak orang yang tadi orientasi seksualnya homo berubah menjaadi hetero dan akhirnya menikah dengann lawan jenis (baca: Gays Can Go Straight And straights can go gay.). Terakhir adalah hasil penelitian Spitzer tentang upaya pemulihan gay. Penelitian menggunakan gay yg highly motivated untuk berubah. Keberhasilan penelitian memperkuat bahwa gay bisa disembuhkan, sehingga gay bukanlah bawaan dari lahir.
Rumah Sakit LGBT
Penulis sendiri berpendapat bahwa gay bukanlah sebuah bawaan. Gay bukanlah fitroh ciptaan tuhan. Penulis lebih yakin bahwa gay adalah pengaruh dari lingkungan. Pertama yang menjadi dasar penulis adalah tentunya didasarkan kepada keyakinan terhadap agama saya.
“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” ( Al A’raff:81)
Faktor pengalaman penulis dimana ada kawan penulis yang berperilaku gay juga menunjukan bahwa faktor lingkungan dominan membentuk teman saya bergaya LGBT. Selain itu banyaknya riset ilmiah yang membuktikan LGBT adalah faktor lingkungan yang membuat penulis lebih dominan pada keyakinan tersebut.
Meski begitu penulis berpendapat orang yang terkena LGBT bukanlah orang yang harus disingkirkan akan tetapi justru dia harus di kasihani. Harus ada tindakan nyata bagaimana menolong mereka agar segera terbebas dari penyakit tersebut. Pemerintah harus benar-benar memperhatikan masalah LGBT dan mencari solusinya. Salah satu solosi yang saya usulkan adalah adanya rumah sakit yang menangani LGBT. LGBT adalah penyakit dengan beragam sebab yang kompleks. Proses penyembahan juga membutuhkan perlakukan yang komprehensif.
Berbagai pendekatan penyembuhan harus dilakukan. Penyembuhan LGBT harus melibatkab banyak pakar dengan ragam spesialisasi. Faktor lingkungan juga harus dibentuk agar mereka segera lepas dari pentakit LGBT. Pemerintah selama ini telah membentuk rumah sakit yang khusus menangani Narkoba. Sudah saatnya pemerintah juga membentuk rumah sakit yang khusus menangani LGBT.
KURIKULUM LGBT