Seluruh penumpang dan mobil singgah di halaman pengusaha pasir. Di sana kami bernegosiasi tentang pertanggung jawaban kerusakan mobil yang menjadi korban kelalaian orang tersebut.
Kami sempat bersitegang sesaat, namun beberapa menit kedepan kami sudah bisa menata hati dan pikiran. Kami saling bertukar nomor hp dan meminta identitas pengemudi, orang tersebut bernama Heri Purwanto asal Sragen.
Saya diam sejenak. Tak begitu lama saya dan korban lainnya yang salah satu Bp Yanianto menawarkan pada Pak Heri, apakah urusan ini kita serahkan polisi atau diselesaikan secara kekeluargaan.
Kami menunggu jawaban dari Pak Heri cukup lama. Pengemudi yang lain pada menggerutu mencari solusi bagaimana sebaiknya dan tidak saling merugikan. Pak Heri akhirnya call kakaknya yang sudah lebih dulu hadir di pondok. Untuk penyelesainnya Pak heri meminta kami menunggu kehadiran kakaknya.
Menjelang pukul 11 kakak Pak Heri datang, dia memintakan maaf adiknya. Usai perpincangan panjang lebar, menghasikan keputusan bahwa biaya perbaikan kerusakan mobil akan ditanggung oleh Pak Heri. Karena kami tidak tahu habis berapa biaya perbaikan mobil masing masing, maka Suamiku menghubungi temannya ( Pak Masruki) yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari tempat kejadian untuk mencarikan praktisi bengkel untuk memperkirakan biaya perbaikan.
Selang beberapa saat Pak Mujari praktisi bengkel temannya pak masruki datang, begitu datang kami langsung mengajaknya untuk melihat kondisi mobil kami. Pada saat perhitungan biaya disaksikan oleh Kakaknya Pak Heri. Usai kondisi mobil kami dicek oleh pihak bengkel maka biaya perbaikannya untuk sementara berkisar dua juta rupiah.
Dengan hati legowo, kakak Pak Heri menyetujui. Untuk pembayaran dilakukan via transfer antar bank. Untuk memudahkan proses pembayaran beliau minta no rek bank pada kami.
Selanjutnya urusan dua mobil lainnya sudah ditangani oleh praktisi bengkel dari penduduk sekitar. Karena urusan sudah klar, kami langsung membawa mobil menuju bengkel Pak Mujari. Sampai disana mobilku mengeluarkan asap dan bau.
Mau tidak mau mobil harus kami tinggal di sana. Kami pulang ke Madiun naik bus, Pak Mujari mengantar sampai terminal memakai mobil pribadinya. Terimakasih ya Allah, kami dipertemukan dengan orang baik. Selang 10 menit kami menemukan bus Restu jurusan Ponorogo.
Sekitar pukul 15.45. kami sudah ditunggu oleh Dea putri bungsuku di depan pintu gerbang Griya segaran Permai. Saya dibonceng putri kesayanganku, sedang suami dibonceng tetangga yang kebetulan lewat dengan tujuan satu arah. Alhamdulillah saya sangat bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan kami dan memudahkan urusan kami. Aamiin