“Halo pak…!!” sapa seorang murid dengan mengangkat tangannya dari jarak yang cukup jauh kepada temanku yang berada disampingku. “Haloo…!!” ia membalas sapaan murid tersebut sambil mengangkat tangannya juga. Apa yang dilakukannya adalah hal yang biasa terjadi didalam dunia persapaan. Ternyata apa yang dilakukan oleh temanku ini mendapat perhatian dari seorang mantan guru yang kebetulan lewat dan menghadiri acara yang diadakan di sekolah. Saat itu memang sedang ada acara besar di sekolah kami dengan mengundang alumni, pensiunan, dan juga siswa.
“Wah pak, kalo dulu saya tau ada murid menyapa seperti itu akan saya tempeleng pak.” Sahut sang pensiunan guru tersebut kepada temanku. Sontak ia terkejut dengan komentar yang tiba-tiba itu. “Menyapa guru seperti itu tidak sopan, dan terkesan tidak menghormati guru.” Tambahnya dengan mimik yang cukup serius (opini saya pribadi). Tidak banyak yang bisa dikatakan teman saya ini kecuali membalas dengan senyuman dan menjawab singkat : “oh, iya pak.” Kejadian yang sangat menarik.
Beda dulu, beda juga dengan sekarang. Masa kini tidak sama dengan masa lalu. Dulu dan sekarang sudah menjadi kata yang berbeda arti, bahkan perbedaan itu dibatasi waktu yang satu detikpun akan mengalami perbedaan yang mencolok. Maka dalam bahasa Inggris dikatakan sebagai past , masa yang sudah lewat. Sering kita, tidak cuma bapak guru yang sudah pensiun tadi, terjebak dalam masa lalu. Lebih parah, menyamakan masa kini dengan masa lalu.
Apa yang dilakukan teman saya masa kini sudah menjadi hal yang biasa. Murid menyapa guru seakan sama seperti teman sendiri adalah hal yang lumrah di masa ini. Begitupun anggapan bahwa murid menyapa dengan berteriak tidaklah sopan pada masa lalu. Semua adalah hal yang biasa tetapi dalam masa yang berbeda.
Kita adalah manusia yang terus bergerak ditarik dan didorong oleh waktu. Maka, jika kita tidak mau bergerak kita akan dipaksa untuk bergerak, jika kita masih keras kepala untuk tidak bergerak maka kesakitan dan penderitaan akan kita alami akibat tarikan dan dorongan waktu dalam batin kita. Apakah ada yang mengalami hal yang seperti itu? Mengalami luka batin akibat kebiasaan masa lalu tidak relevan dengan dunia masa kini? Jika itu terjadi dalam diri anda introspeksi diri, mungkin ada kebiasaan masa lalu yang sudah tidak relevan dengan masa kini yang anda paksakan.
Sama halnya dengan dunia pendidikan yang juga mengalami perubahan. Waktu juga mempengaruhinya. Guru masa kini dituntut untuk melakukan pendekatan yang juga sesuai dengan masanya. Pengajaran di kelas tentu memiliki suasana yang berbeda jika dibandingkan dengan masa lalu. Guru diharap tidak terjebak dengan kebiasaan tetapi harus berani berubah untuk mengembangkan diri secara optimal. Masa kini guru haruslah seorang pribadi yang luwes, yang mau terus belajar. Ilmu yang semakin mudah didapat melalui internet, buku dan media lain membuat siswa semakin mudah mendapat pengetahuan yang dulu hanya bisa didapat diruang kelas. Guru harus mampu mengimbangi hal tersebut dengan terus bergerak mengikuti waktu yang juga terus bergerak.
Semakin lama ‘batas’ antara guru dan siswa semakin kecil. Salah satu contoh seperti yang diceritakan di atas dimana siswa merasa guru adalah teman mereka. Suatu hal yang positif dikarenakan kedekatan yang semakin akrab antara guru dan siswa akan membuat guru semakin mudah memahami siswanya dan kedepan akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas dan juga dalam menanamkan kebaikan dan kebijakan dalam diri siswa. Kedekatan tersebut menjadi pintu masuk yang menyenangkan bagi siswa untuk dididik dan dibentuk karakternya. Itu bukanlah hal yang aneh pada masa kini.
Secara umum kita harus belajar memahami bahwa waktu akan selalu dan terus mengalami perubahan. Berubah mungkin serasa sulit, tapi perlu dipahami bahwa waktu terus berjalan, maka kita pun janganlah berhenti bergerak dan belajar. We must move on. cs
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H