Mohon tunggu...
Cahyaningtyas Rizky Soft
Cahyaningtyas Rizky Soft Mohon Tunggu... -

karena "perahu kertas" ku pasti akan berlabuh kepada orang yang tepat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Sekolah dan Bermain!

14 Maret 2014   04:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak sekali pembelajaran yang ada di PAUD. Tentunya ini masih berada dalam kategori bermain. Setidaknya belajar sambil bermain. Tidak sedikit manfaat yang diperoleh anak jika sudah berada di lembaga yang membina PAUD. Di lembaga PAUD banyak sekali memberikan pembelajaran-pembelajaran yang luar biasa untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik sang anak.

Pada waktu itu, saat saya sedang KKM (kuliah kerja mahasiswa), saya berkesempatan untuk bisa bergabung disebuah lembaga PAUD. Selama satu bulan, saya ikut meramaikan dunia anak-anak yang luar biasa itu. Yang sangat mengesankan bagi saya adalah seorang gurunya yang sudah sangat tua, namun beliau masih semangat membimbing anak-anak ini. Tapi, sayangnya saya tidak akan membahas ibu itu.

Setiap hari, sebelum mulai belajar selama kurang lebih 10 menit mereka berdoa. Mereka semua beragama Islam. Jadi, nuansa lembaga PAUD ini sangat islami sekali. Setelah mereka berdo’a, kurang lebih 1 jam mereka bernyanyi dan menyebutkan beberapa tepukan. Tapi, mereka hanya sekedar mengikuti, ibu guru yang tua tadilah yang selalu semangat kalau bernyanyi. Saya selama satu bulan saja, masih sulit untuk menghafal urut-urutannya. Rupanya memang anak-anak ini tidak begitu menarik dengan sajian yang diterimanya. Setiap hari saya amati, tidak ada perkembangan yang signifikan yang ditunjukkan anak-anak ini.

Setelah bernyanyi, mereka akan diajarkan beberapa materi. Seperti mengenal anggota keluarga, mengenal hewan, tumbuhan, dan lain-lain. Namun, masih saja ada beberapa anak yang tidak menghiraukan guru yang sedang berceloteh dengan semangatnya yang menggebu. Ketika akan memasuki jam istirahat, mereka senang sekali. Karena pada jam istirahat ini, anak-anak bebas memilih beberapa alat-alat bermain. Biarpun waktu yang diberikan cuma 30 menit, anak-anak sangat menikmati dunianya itu. Saya mencoba bergabungpun kadang tidak dihiraukan sama sekali.

Kini saya baru menyadari, bahwa kodrat anak memang hanya bermain. Selebihnya materi-materi yang diperolehnya hanya akan bersifat formalitas saja untuk pemenuhan otak saja. Lihat saja fenomena tersebut, anak sangat sumringah saat tiba waktunya dia bermain. Tapi kenapa, hanya sedikit orang yang menyadarinya. Selalu sang anak dipaksa untuk mengerti dan memahami. Padahal itu belum kapasitas mereka. Mungkin pemahaman tentang materi-materi tersebut janganlah diberikan dengan porsi yang banyak.

Orangtua juga harus jeli dalam menentukan lembaga PAUD yang akan dinaungi oleh anaknya. Lihat dulu latar belakang PAUD tersebut. Dari lingkungannya, tenaga pendidiknya, media-media yang ada.

Lingkungan akan benar-benar membentuk karakter peserta didik jika penempatannya benar. Bagaimana model classroomnya, suhu kelasnya, kenyamanan kelas. Kelas yang sejuk akan membuat anak semangat daripada kelas yang gerah. Selanjutnya adalah dukungan dari masyarakat. Masyarakat tidak boleh membeda-beda antara anak yang sekolah maupun tidak, karena latar belakang anak yang berbeda. Sekaligus akan menimbulkan kesenjangan sosial.

Kebutuhan emosional masing-masing anak pasti sangat berbeda. Sebuah lembaga PAUD harus bisa memahami itu. Tingkat emosi anak dapat ditentukan dari kedudukan anak tersebut dalam keluarganya. Apakah dia termasuk anak pertama, pertengahan, terakhir atau anak tunggal. Karena, pada prakteknya akan ada anak yang akan merasa dirinya yang paling benar, dia harus bisa memenangkan dalam segala hal. Dan ada juga anak yang cenderung pemalu atau pun lebih memilih untuk pasrah. Disini peran seorang guru yang benar-benar mengerti sangat diperlukan.

Selanjutnya faktor fisik, sebuah lembaga PAUD tidak boleh terlalu memforsir tenaga anak secara habis-habisan dan tidak seimbang. Karena mereka masih anak-anak. Kemampuan fisiknya sangat minim sekali. Kalaupun mereka harus berlari-larian, biarlah itu menjadi inisiatif mereka sendiri.

Pelayanan yang terpadu juga menjadi sebuah urgensitas yang sangat tinggi. Lembaga-lembaga PAUD harus mampu mengadakan kegiatan yang menarik untuk anak-anaknya. Agar mereka tidak jenuh dan senantiasa bersemangat saat berada di dalam kelas. Pengalaman bermain akan sangat membantu untuk merangsakan jaringan otak sang anak. Tentunya banyak sekali pembelajaran sambil bermain yang bisa diterapkan di lembaga PAUD.

Maka keberadaan lembaga PAUD ini juga menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak. Jangan birkan anak-anak bermain sendiri dan mencari jati diri mereka sendiri. Sebaiknya anak-anak ini harus diarahkan ke arah yang benar. Maka lembaga PAUD lah yang akan menjembatani mereka untuk bisa berproses pada jenjang pendidikan mereka selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun