Mohon tunggu...
Cahyaning Putri Nabila S
Cahyaning Putri Nabila S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah seorang mahasiswa Universitas Airlangga angkatan 2024.

hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peran Perawat terhadap Keselamatan dan Kecemasan Pasien di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)

2 Januari 2025   13:42 Diperbarui: 2 Januari 2025   13:42 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh asuhan tenaga medis kepada pasien di Rumah Sakit Universitas Airlangga

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit) atau lanjutan (bagi pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain) yang menderita sakit maupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari-hari maupun bencana. Pertolongan pertama pada IGD adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dilakukan kepada pasien gawat darurat dalam rangka mencegah kematian, mengurangi rasa sakit, memberi rasa nyaman dan menunjang penyembuhan serta mengusahakan pengobatan yang layak.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit dapat diumpamakan sebagai gerbang utama terhadap kasus gawat darurat dan memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup pasien. Penerapan waktu tanggap (respon time) di ruang IGD sangat penting dalam menentukan triage di rumah sakit terkhusus di ruang IGD karena cepat tanggap perawat di ruangan tersebut menentukan kualitas pelayanan dari IGD di rumah sakit. Menurut Kepmenkes Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPMRS) diketahui bahwa waktu tanggap pasien prioritas pertama dengan label merah di instalasi gawat darurat memiliki standar maksimmal 5 menit di tiap kasus pada pasien prioritas pertama dengan label merah. Penerapan waktu tanggap yang cepat dan akurat sesuai standar operasional akan sangat membantu dalam proses perawatan dan pelayanan medis guna untuk menekan kemungkinan kesakitan dan kematian pasien. Oleh karena itu pengetahuan perawat mengenai waktu tanggap di ruang instalasi gawat darurat memiliki peranan penting yang sangat beresiko terhadap keselamatan pasien.

Ketepatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus didukung dengan pelaksanaan triage yang benar. Triage sendiri dapat diartikan sebagai proses memilah-milah pasien menurut keparahan cedera atau kesakitannya dan memprioritaskan pengobatan menurut ketersediaan sumber daya dan kemungkinan pasien dapat bertahan hidup. Menurut Kementerian Kesehatan (2016) triage adalah suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan beratnya cedera yang diprioritaskan dan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B), circulation (C). Penerapan konsep triage ini memerlukan pengetahuan dan kesigapan perawat IGD dalam menangani kondisi kegawatdaruratan. Perawat triage merupakan perawat yang memiliki pelatihan dasar triage, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di IGD dan memiliki kualifikasi kompetensi kegawatdaruratan (BTCLS, ATLS, ACLS, PALS, ENPC). Pada kegiatan triage, perawat memiliki tanggung jawab penuh dalam pengambilan keputusan segera (decision making), melakukan pengkajian resiko, pengkajian sosial, diagnosis, dan menentukan prioritas serta merencanakan tindakan berdasarkan tingkat urgency pasien.

Pengambilan keputusan sangat penting dalam menentukan asuhan tenaga medis kepada pasien, dalam hal ini perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor yang berpotensi dapat mempengaruhi proses tersebut. Perawat harus memiliki kemampuan yang baik untuk dirinya dan pasien menghadapi masalah yang menyangkut etika. Sejatinya, seseorang harus berpikir secara rasional, bukan emosional dalam menentukan sebuah keputusan. Keputusan yang benar dibuat berdasarkan kemampuan dan keterampilan berpikir secara sadar. Kemampuan membuat keputusan masalah etis menjadi salah satu persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatan professional.

Keputusan yang tepat sejatinya terbentuk berdasarkan fakta dan data-data yang terkumpul. Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah membutuhkan kemampuan yang mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Hal ini tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan pengasuhan keperawatan, tetapi juga penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk memiliki kemampuan berpikir dalam pengambilan keputusan. Kesalahan dalam pengambilan keputusan seperti pengkategorian pasien dalam proses triage dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan dan menurunkan angka keselamatan pada pasien. Tanggung jawab besar tersebut menuntut perawat untuk terus mempelajari dan memahami serta mengasah kemampuan dan pengetahuannya untuk memenuhi dan mengembangkan perannya dalam hal pengambilan keputusan.

Perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memberi dukungan kepada pasien dan keluarga selama berapa di ruang emergency, untuk membangun komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien atau kelaurga, selain itu juga memberikan saran, edukasi dan konsultasi dalam membuat perencanaan tindakan bersama. Sering terjadi dalam kasus kebanyakan bahwa pasien yang datang ke instalasi gawat darurat dapat menimbulkan kecemasan karena berharap mendapatkan respon segera dari perawat. Melihat kondisi pasien dengan ancaman kematian membuat keluarga dilanda kepanikan sehingga menginginkan pasien agar segera ditangani, sedangkan di Unit Instalasi Gawat Darurat memiliki prioritas dalam menangani setiap kasusnya. Definisi dari kecemasan sendiri adalah sifat yang mengacu pada karakterisitik kepribadian yang relatif stabil, sedangkan keadaan kecemasan mengacu pada keadaan sementara dan pasif seseorang yang berkembang dengan cepat dan mempunyai tingkat intensitas tertentu. Pasien yang datang ke instalasi gawat darurat tentunya memiliki jenis penyakit yang beragam, pada situasi tersebut banyak pasien seringkali tidak mengetahui penyebab dan sumber dari penyakitnya sendiri, hal ini membuat mereka bersemangat untuk mencari perawatan medis, dan kecemasan dapat diartikan sebagai emosi negatif yang umum terjadi saat seseorang dilanda kepanikan akibat sakit yang dideritanya.

Oleh karena itu di Unit Instalasi Gawat Darurat diperlukan perawat yang memiliki pengetahuan serta kemampuan dalam menangani permasalahan yang ada dan memenuhi peran dan tanggung jawabnya sebagai perawat di Instalasi Gawat darurat. Tidak hanya perawat, para tenaga Kesehatan yang ada di Unit Instalasi Gawat Darurat juga harus memiliki kemampuan dan p[engetahuan yang mumpuni. Karena, layanan kesehatan yang baik bergantung dengan bagaimana tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut melayani seorang pasien dan memberikan rasa tenang serta rasa nyaman kepada pasien dan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun