Mohon tunggu...
Cahyana Endra Purnama
Cahyana Endra Purnama Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mendapatkan pendidikan dasar sampai menengah di Yogyakarta, lulus sarjana ekonomi di UGM, melanjutkan program master di Wheaton MI, dan program doktor di Biola University California. Sekarang masih menjadi dosen di PTS di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembangunan Ekonomi di Filipina Ternyata Menyimpan Ironi

22 Maret 2024   00:40 Diperbarui: 22 Maret 2024   00:43 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam tinjauan ini ditekankan: Tentu Menjadi Sebuah Kondisi yang Bersifat Ironi jika di Negara Yang Mayoritas Berpenduduk Kristiani Ada Pajak Judi Justru Tetap Digunakan Menjadi Salah Satu Urat Nadi Ekonomi di Filipina  

Tentu saja pola pembangunan negara yang dijalankan di negeri Filipina ini bukanlah hanya terjadi pada saat sekarang ataupun sejak presiden baru terpilih.  Seperti sudah banyak diketahui, salah satu dampak dari hadirnya benteng-benteng pertahanan Amerika Serikat di Negeri Filipina adalah hadirnya banyak tentara yang meramaikan kota-kota besar disana. Selain ada dampak budaya, yaitu penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, ada pula pernikahan di antara orang-orang AS yang berseragam militer dengan para wanita dari warga setempat dan melahirkan anak-anak blasteran.

Namun demikian, ada juga kebiasaan lain yang pada kenyataannya juga dibawa oleh pasukan asing tersebut, yang dampaknya tetap terlihat nyata, yaitu suka berjudi. Hal tersebut  juga tercermin dari banyaknya gedung tempat dilaksanakan aneka bentuk perjudian, terutama kasino, yang bahkan seperti diberi tempat istimewa dan disediakan dalam gedung-gedung yang mewah.

Walaupun Filipina itu pada dasarnya mempunyai penduduk yang tersebar di pulau-pulau kecil dan bergantung pada mata pencaharian di bidang pertanian dan perkebunan (terutama kopra, kopi dan tebu), namun pendapatan negara rupanya juga cukup banyak yang berasal dari pajak perjudian, yang sejak dulu sudah ada dan disukai banyak warga masyarakat, terutama penduduk di kota-kota besar.

Inilah yang merupakan sebuah kondisi yang penuh ironi. Masyarakat yang secara dominan merupakan warga kristiani, namun di antara mereka tetap banyak yang menyalurkan hobi di meja judi dan  membiarkan pemerintahnya memelihara fasilitasnya dengan tidak peduli lagi pada konsekunsi etis dalam mewujudkan makna religi.

Memang siapapun sering terjebak dalam opsi yang penuh dengan kontroversi. Di satu pihak, negara juga membutuhkan dana bagi pengelolaan tata-pemerintahan maupun mencukupi kebutuhan berbagai proyek pembangunan; tetapi di sisi lain ada juga suara hati yang membuat risih dalam menjalani dan menikmati kucuran dana yang besar ini.

Pada tahun 2023, jumlah pemasukan pajak dari gedung-gedung kasino itu memang tetap besar, yaitu setara dengan Rp 637 trilyun, yang secara praktis hal itu hampir sebanding dengan dana yang dibutuhkan untuk membangun jalan tol lintas Sumatera dan Sulawesi.

Jadi, kira-kira dapat dibayangkan bahwa dengan hanya mengumpulkan pajak judi dari 8 komplek perjudian selama setahun saja ternyata sudah dapat disediakan dana pembangunan yang begitu besar. Tidak heran jika pada waktu ini Filipina juga dapat menyediakan dana dan memang sedang membangun berbagai infrastruktur, yang akan merubah wajah berbagai kota besar dengan banyak rangkaian jalan tol, jembatan maupun perbaikan jalur Kereta Api yang dulu sempat hampir mati sejak pada awal tahun 2000.

Adapun  rincian untuk masing-masing gedungnya seperti tercermin dari catatan sebagai berikut:
1. Solaire Resort - 61 billion, sekitar Rp 185 trilyun (di Metro Manila)
2. Okada Manila - 44.52 billion, sekitar Rp 132 trilyu (di Metro Manila)
3. Newport World Resorts - 34.3 billion, sekitar Rp 114 trilyun (di Metro Manila)
4. City of Dreams Manila - 31.7 billion, sekitar Rp 95 trilyun (di Metro Manila)
5. Hann Casino - 11.9 billion, sekitar Rp 35 trilyun (di kota Clark)
6. D' Heights - 7.9 billion, sekitar Rp 21 trilyun (di kota Clark)
7. Nustar Resort & Casino 5.5 billion, sekitar Rp 16,7 trilyun  (di Cebu)
8. Royce Hotel - 4.9 billion, sekitar Rp 14,8 trilyun (di kota Clark)

Ironisnya, apakah memang pola penggalangan sumber dana seperti itulah yang akan tetap digunakan oleh Filipina untuk membangun kembali negaranya? Apakah pola hidup yang tetap lekat dengan judi seperti pada saat inilah yang akan dijalani oleh warga masyarakat disana?

Apakah hal-hal semacam itu pula yang tetap menjadi romantika hidup dalam ironika menjalani panggilan hidup di dunia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun