Kota Bandung, selain dikenal dengan sebutan sebagai "Paris van Java" sejak pada jaman penjajahan Belanda, pada saat ini juga dikenal oleh militer sedunia sebagai pusat industri pertahanan di Indonesia. Selain ada PT Dirgantara Indonesia, yang dulu dikenal sebagai PT Nurtanio, dengan konsistensi yang tinggi di bidang pembuatan pesawat terbang satu-satunya di Asia Tenggara, di samping itu ada juga PT PINDAD, yang juga tidak kalah konsisten dalam mengembangkan berbagai bentuk senjata api dan pelurunya.Â
Kehadiran dua lembaga yang bergelut dengan sistem pertahanan bagi tanah air di kota Bandung yang berkembang itu juga telah menarik banyak pihak untuk melakukan kerjasama. Ketika PT Dirgantara Indonesia sudah berhasil mengembangkan CN-235 dalam berbagai ragam penggunaanya dan kemudian juga mendapatkan kepercayaan untuk mengembangkan ragam helikopter yang bercirikan penggunaan teknologi tinggi, demikian pula PT PINDAD rupanya telah menjadi rebutan banyak lembaga lain untuk dapat juga bekerjasama.Â
Salah satu bentuk kerjasama dalam pembuatan alat pendukung pertahanan yang ternyata juga sangat dirasakan tepatnya kegunaan di tanah air yaitu berupa tank serbu kelas menengah, yang dikenal dengan sebutan Tank Badak, maupun kendaraan pendukung pertahanan yang cukup aman dan sekaligus dapat bergerak dengan lincah di berbagai medan tempur. Sejumlah negara-negara di lingkungan ASEAN maupun di Asia Tengah dan Amerika Latin telah turut menggunakan jenis-jenis kendaraan tempur itu untuk kepentingan di dalam negeri mereka masing-masing.Â
Dengan demikian tidak mengherankan juga ketika mata warga masyarakat dunia dapat menyaksikan bahwa kendaraan tempur yang dibuat di Bandung itu ternyata telah digunakan sebagai sarana pelayanan utama bagi Pasukan Perdamaian PBB dimana-mana, baik pada saat dipergunakan dalam pencegahan konflik maupun ketika harus bertindak cukup keras bagi pihak-pihak yang tidak taat aturan. Keberhasilan dalam penggunaan sarana pertahanan dan pencegahan konflik itu sudah benar-benar terbukti di sejumlah negara di Afrika maupun di Palestina-israel, ketika Pasukan Perdamaian Garuda dari Indonesia juga ditugaskan disana.
Walaupun jenis kendaraan tempur ini lebih tepat untuk digunakan sebagai senjata pertahanan, karena mudah dibawa kemana-mana dan mempunyai ciri khas sebagai pendukung serangan di baris ke-2, tetapi hal itu akan sangat berguna dalam kecepatan yang secara taktis memang diperlukan untuk melakukan penyerangan maupun sistem pertahanan.Â
Namun demikian, untuk keberhasilan menyediakan sarana pendukung pertahanan yang efektif itu juga cukup banyak mendapatkan perhatian di dunia media untuk umum. Sorotan khusus yang ditujukan dalam tinjauan itu ada yang memang berkaitan untuk mencari jawab atas keunggulannya maupun dalam keberhasilan dalam menjalankan peran di dunia internasional, tetapi ada juga yang tetap bersifat kritis, yaitu ingin memberikan tinjauan dari segi-segi lain yang barangkali masih diragukan atau perlunya peningkatan yang terus diperlukan dalam meningkatkan mutunya.
Khusus untuk kendaraan lapis baja hasil karya anak bangsa yang dibuat di Bandung itu bahkan telah diulas secara mendalam, terutama ketika digunakan untuk kepentingan pertahanan di dalam negeri. Pemerintah Indonesia sampai sejauh ini terus mendorong agar Angkatan Bersenjata dapat benar-benar dapat menggunakan dengan baik, apalagi jika dapat disediakan dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu mengingat kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan.Â
Apabila sistem pertahanan nasional memang dapat dapat semakin didukung oleh berkembangnya industri pertahanan di dalam negeri yang mumpuni maka ketersediaan yang relatif mudah diusahakan tentu akan sangat berguna dalam aneka kemungkinan atas perwujudan langkah penghambatan dan penyusupan musuh.
Kondisi geografis seperti di Indonesia  akan menjadi momok yang menakutkan bagi negara manapun yang berniat menggempur Indonesia, karena sistem pertahanan semesta dan ketahanan dalam perang gerilya tentu mempersulit langkah-langkah menembus pertahanan seperti itu.Â
Selain membutuhkan jumlah alat-alat tempur dan pasukan yang banyak, negara yang berniat menggempur Indonesia tentu akan sulit menjalankan sistem logistik yang dibutuhkan. Bahkan, seandainya akan menerapkan pasukan drone yang diangggap berpotensi mengalahkan kendaraan tempur yang disiapkan oleh putra-putri bangsa itu maka jumlah yang dibutuhkan juga akan sangat banyak dan tetap akan sulit diterapkan di area yang mayoritas berupa laut.Â
Mengapa Indonesia juga membutuhkan ragam jenis kendaraan tempur lapis baja ini dalam jumlah yang banyak?
Walaupun dalam sebuah sajian video yang mengulas tentang ragam kendaraan lapis baja itu judulnya juga tampak "berlebihan" dan boleh jadi dapat dipertanyakan juga pertimbangannya, tetapi ada juga alasan-alasan lain yang perlu direnungkan juga.