Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dua Akhwat Pemberi Ta’jil

5 November 2011   14:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:01 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu, sinar mentari hanya sebagai siluet awan di ufuk barat. Maklum, bulan-bulan musim penghujan sudah tiba, meski sedikit telat. Awal november 2011, pekan hujan pertama di Yogyakarta.

Sore itu, hari ke-5 di Bulan November. Seharusnya tak ada yang istimewa, 5-11-2011 bukanlah nomor yang cukup cantik, tidak istimewa. 5 November juga tidak diperingati sebagai hari nasional. Tak ada yang istimewa. Namun, tidak bagi muslimin dan muslimat di Indonesia khususnya. Hari ini menjadi sangat istimewa. Karena itulah mereka pun menjalankan laku istimewa, Puasa ‘Arafah. Puasa yang dilaksanakan setiap tanggal 9 Dzu Al-Hijjah dalam penanggalan Tahun Hijriyah. Kebetulan pada Tahun 1432 ini bertepatan dengan 5 November 2011.

Sore itu, suasana Masjid Syuhada Yogyakarta tak cukup ramai, seperti biasanya. Hanya remaja-remaja kerohanian Islam (rohis) dari beberapa sekolah menengah terlihat mulai berhamburan, selesai mengikuti kajian yang mereka namai Sat-Son (Saturday Sonten). Kajian mingguan yang biasa dilaksanakan setiap sabtu sore, saturday (Eng.= sabtu) dan sonten (jawa/sunda= sore).

Memang keren remaja-remaja ini, di saat teman-teman sebayanya asyik mengklimiskan rambutnya, atau menarik-nariknya ke atas sambil diusapi gel (landak style, hehe...), siap-siap hangout malam mingguan, mereka malah asyik mojok di serambi masjid. Merekalah mungkin yang disebut Ahlu Al-Shuffah zaman ini, kecil-kecil jadi sufi. Selamat!

Pukul 17.20 WIB, sementara sufi-sufi muda itu mulai beranjak karena kajian sudah usai, aku masih nongkrong dekat gerbang masjid ditemani Sang Muadzin. “Masih duapuluh menit lagi” katanya. Memberitahuku kalau waktu maghrib akan tiba duapuluh menit lagi. Sudahlah, ngabuburit di pelataran masjid saja.

Limabelas menit berikutnya, tiba-tiba saja dua orang akhwat menghampiri.

“Ini pak, sekedar untuk ta’jil” katanya. Hanya si bapak saja kah yang dikasih ta’jil? Bukan malu-malu tapi malu, hanya iseng dan memang mau, saya tanya aja ke meraka.

“Kok cuma bapaknya yang dikasih, aku juga dong mbak...” selorohku. Tak tahu malu banget memang. Hehe...kapan lagi bisa godain akhwat. Kalau beruntung malah bisa dapat jatah ta’jil pula, pikirku.

“Oh, iya...mas nya juga. Ini ada beberapa kok”. Katanya memperlihatkan tas kresek yang berisi minuman dan jajanan untuk ta’jil itu.

Ahhh...memang betul, tak ada yang lebih membahagiakan bagi orang yang berpuasa selain saat waktu berbuka tiba. Apalagi gratisan.. apalagi ...*** _______________ Selamat Berbuka Puasa 'Arafah... Selamat Hari Rayagung 1432 H... NB: buat yang ahli gramatika Arab jangan protes ya kalau yang dipake kata "akhwat" (plural) bukan "ukhtaani" (dual), semata-mata demi kepentingan judul :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun