Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Najwa Adelia Puteri

18 Februari 2012   06:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:30 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13295454511616416853

Cukup lama aku tertegun, sepertinya perempuan muda itu mulai menyadari kehadiranku. Ia menoleh ke arahku yang 1 meter dibelakang bahunya.
“Emhh..maaf Mbak, kursi ini kosong?” maksudku apakah kursi kosong di sampingnya belum ada yang menyewa.
“Oh, masih Mas… masih, silakan!” sambil sedikit tersenyum ia pindahkan tas kecil khas wanita yang tadi ia letakan di kursi sebelah sampingnya. Kursi yang tadi kutanyakan apakah sudah ada penyewanya atau belum.

Sebagai seorang lelaki, aku sangat menyukai senyumnya tadi. Elegan, atau apalah namanya yang pasti hingga saat ini pun senyum khasnya itu masih kuingat. Tapi, lagi-lagi penyakitku kambuh. Penyakit yang hanya akan datang saat harus berdekatan dengan lawan jenis, kikuk. Ya, aku selalu seperti itu.

Satu,dua, tiga… sepuluh detik berlalu kami saling diam.
Tiba-tiba dari arah depan seorang berseragam sambil membawa notes dan sebuah ballpoint berjalan lurus ke belakang sambil menggumamkan kata-kata, menghitung penumpang satu per satu.

Mesin dinyalakan, seorang kondektur masuk dari pintu belakang.
“Siap Pir….!” Teriak sang kondektur. Bus pun mulai melaju, keluar dari terminal.

Tiga menit berlalu, bus sudah melewati gerbang terminal. Belum terjadi komunikasi diantara kami. Agar tidak terlalu kelihatan kaku, kukeluarkan mp3 player dari tas ranselku. Kemudian kuletakan tas ranselku itu di rak tempat menyimpan barang yang berada tepat di atas kepalaku.

Beberapa saat berlalu aku sudah duduk kembali. Saat mp3 player kuhidupkan, tepat sebelum earphone menempel di kedua telingaku, tiba-tiba saja… perempuan muda itu menyapaku.
“Liburan atau lagi ada tugas Mas?” Tanya perempuan itu. Mungkin ia bertanya demikian karena aku memakai jaket almamater kampus. Ingin memastikan perjalananku kali ini liburan semata atau ada tugas organisasi kampus.
“Cuma liburan..” jawabku singkat.
“oh…” sambil manggut-manggut dan menebarkan pandangan ke segala arah perempuan itu menimpali. Suasana kembali seperti tadi, saling diam, tak ada komunikasi. Satu, dua, tiga… sepuluh detik berlalu. “Aku harus berbasa-basi” pikirku.
“Tujuannya ke mana Mbak?” akhirnya keluar juga dari mulutku.
“Oh, saya mau ke Bandung, mengunjungi teman di UNPAD”. Jawabnya.
“Oh ya, kenalkan mas, saya Najwa, Najwa Adelia Puteri. Hehe…bukannya mau promosi Mas, sebagai anak komunikasi saya harus memberikan informasi dengan jelas”. Tambahnya. Sambil sekali lagi melukiskan senyum khasnya itu Najwa memperkenalkan dirinya. Ia ulurkan tangannya yang serta merta kujabat.

Ah, entahlah. Aku tidak tahu aku ini termasuk orang seperti apa? Di hadapan teman-temanku yang berjilbab, benar-benar jilbab, teman-teman perempuanku yang benar-benar menutupi auratnya aku pasti mengajak mereka "bersalaman" dengan tidak berjabatan tangan. Dan aku menganggap itu hal yang semestinya kulakukan. Menghormati mereka sebagaimana mereka menjaga kehormatannya. Tetapi saat bersalaman dengan teman-teman perempuan sesama aktivis BEM, anak-anak pergerakan mahasiswa atau orang-orang yang seperti Najwa ini, aku melakukan jabat tangan. Menyentuhkan telapak tanganku dengan telapak tangan mereka. Aku juga merasa hal berjabat tangan ini harus kulakukan. Bukan karena tidak menghormati mereka tentunya. Apakah aku ini termasuk orang munafiq? Entahlah. Yang pasti aku tidak ingin disebut sebagai munafiq itu. Aku tidak mau ditempatkan Tuhan di kerak nerakanya. Hehehe…takut neraka pula aku ini rupanya.

Ternyata, Najwa adalah mahasiswa salah satu univeritas terkemuka di Yogyakarta. Dia pergi ke Bandung untuk bertemu temannya sesama anak komunikasi, mahasiswi UNPAD. Kalau tidak salah dia ingin bertukar informasi mengenai referensi perkuliahan dengan temannya itu. Namun karena bus jurusan Yogya-Bandung sudah habis, dia ikut yang jurusan Yogya-Tasikmalaya terlebih dahulu. Untuk kemudian dari Tasikmalaya dia akan langsung menuju Bandung.


Hadiah kecil untuk kelahiran ponakan cantikku:
Najwa Adelia Puteri, semoga menjadi anak shalihah. Amien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun