Kenapa bapak tidak bunuh saja saya sehingga mengurangi angka kemiskinan dalam daftar Bapak. Sebaliknya, Bapak justru memelihara saya. Lalu, saya tersadar, inilah cara Bapak melanggengkan kekuasaan. Bapak menciptakan suatu mekanisme ampuh bernama kemiskinan struktural.
Saya juga kini mengerti, Bapak butuh saya untuk menghidupi negara ini melalui pajak, listrik, beras, minyak, sapi, dan sebagainya. Negara ini terlalu lemah tanpa orang miskin. Seandainya semua orang negara ini kaya, aku pikir semuanya tidak butuh dan negara ini. Bapak justru jadi rendah, hina. Sebab, Bapak bukan lagi menjadi pemimpin melainkan menjadi anjing penjaga.
Pak Presiden, saya kaya. Saya tidak miskin. Pak, saya masih bisa bayar sekolah meski harus hutang sana-sini. Saya masih bisa bayar pajak meski lagi-lagi harus hutang. Saya kuat, Pak.
Justru saya berpikir, Bapaklah yang lemah. Bapak tidak punya kemampuan untuk menarik saya dari kemiskinan. Bapak lemah menghadapi tarikan kepentingan lawan politik dalam kebijakan Bapak. Barangkali, sudah menjadi kutukan negeri ini bahwa yang miskin itu kuat dan penguasa itu sejatinya lemah. Lalu, negeri ini pun butuh orang miskin dalam setiap pemilihan umum sebagaimana butuh orang miskin untuk menghidupi APBN.[]
Source: klik di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H