Dalam hal ini berarti filsafat dan pengetahuan saling keterkaitan dan terhubung karena semuanya adalah hasil dari kegiatan manusia. Hubungan antara filsafat dan pengetahuan yaitu diibaratkan seperti filsafat adalah induknya ilmu sedangkan pengetahuan adalah anak filsafat. Filsafat dijadikan sebagai induknya ilmu karena, filsafat memiliki cakupan sifat yang lebih luas sedangkan pengetahuan bersifat terbatas pada suatu bidang tertentu. Filsafat dan pengetahuan juga saling terkait karena, antara filsafat dan pengetahuan keduanya memiliki metode pemikiran yang bersifat reflektif untuk menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan. Filsafat dan pengetahuan juga keduanya memiliki sifat sama-sama mengkritik, dengan pikiran yang terbuka dan tidak berpihak kepada apapun dan siapapun untuk mengetahui kebeneran tersebut. dan antara filsafat dan pengetahuan memiliki kepentingan yang sama yaitu mendapatkan pengetahuan yang teratur. Filsafat dan pengetahuan juga mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi oleh manusia baik bersifat kritis refleksi, integral, radikal, logis, sistematis dan universal untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkannya.
Filsafat dan agama memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin mengungkapkan suatu kebenaran dan keduanya ini tidak dapat dipisahkan. Filsafat dan agama kedua-duanya memiliki suatu hal yang penting yaitu realitas (Dzat) dimana realitas ini adalah mencakup tentang masalah kehidupan dan kematian manusia. Antara filsfat dan agama hanya berbeda dalam hal menuntaskan penyelidikan tentang suatu bidang tertentu.
Menurut Sibdi Gazalba (1992:24), baik filsafat dan agama keduanya menentukan norma baik dan buruk, namun keduanya berbeda dalam kriteria sesuatu itu disebut baik dan sesuatu itu disebut buruk. Dalam agama untuk mengukur kriteria baik dan buruk serta benar dan salah didasarkan pada ajaran suatu wahyu. Sedangkan dalam filsafat untuk mencari kriteria baik dan buruk serta benar dan salah mereka melakukannya dengan proses berpikir untuk mencari pengetahuan dengan menggunakan akal manusia tersebut.
Dalam hal ini dapat diartikan bahwasannya filsafat dan agama memiliki hubungan yang reflektif. Reflektif dalam artian bahwa filsafat dan agama tidak ada kekuatan dan perbedaan utama dalam diri manusia, dan antara filsafat dan agama dapat dijadikan sebagai penggerak utama dalam diri umat manusia dalam berpikir, dan merasionalkan iman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H