Baiklah kata paman ku kalau jaringan PLN memang masuk ke desa kita maka kita akan ikut mensukseskan program pemerintah dan PT. PLN dengan cara ikut menyambung instalasi kerumah kita. Ternyata benar bulan depannya peralatan PLN sudah mulai berdatangan. Dimulai dari tiang yang sudah dibariskan sepanjang jalan raya dan juga ke jalan-jalan desa untuk dipasang.
Melihat itu hatiku merasa gembira bila jaringannya sudah selesai dan dirumah pamanku menyambung sambungan PLN maka rumah akan terasa terang dan belajarpun lebih nyaman. Setelah enam bulan lamanya aku menanti, petugas-petugas PLN menyelesaikan jaringan di wilayah kami, akhirnya selesai dan sambungan ke rumah kami pun di pasang. Petugas PLN memasang instalasi di rumah kami dan memasang meteran untuk pengukur daya dan biaya yang akan kita gunakan dirumah yang akrab di kenal KWH di desa kami.
[caption caption="KWH Pascabayar, dok pribadi"]
Dengan instalasi baru PLN di rumah kami, saat malam tiba malam terasa “hidup lebih hidup” karena penerangan rumah yang begitu terang menjangkau keseluruh sudut rumah.
[caption caption="Lampu PLN, dok pribadi"]
Maklum kalau sebelum ada PLN mau menghidupkan tape recorder itu membutuhkan baterai lebih banyak dan harganya pun relatip mahal. Jadi jarang-jarang orang mau menghidupkannya atau pun memilikinya. Setelah itu mulai bermunculan bagi orang yang taraf ekonominya sudah berkecukupan membeli alat elektronik lainnya seperti televisi, kulkas, kipas angin, dan seterika listrik.
Begitu pula pamanku awalnya ia membeli satu unit televisi dan kipas angin. Tapi kakak anak dari pamanku meminta belikan seterika listrik yang mana alasannya kalau meneyetrika menggunakan arang itu sangat menyita waktu dan sering merusak pakaian karena temperatur panasnya tidak dapat di atur seperti seterika listrik. Aku juga berpikir memang benar adanya seperti itu makanya aku ikut mendukung, dan aku pun bisa memanfaatkannya untuk menyeterika pakaian Sekolahku.
Waktu berjalan cepat, tidak terasa aku tinggal di tempat pamanku sudah enam tahun lebih hingga aku lulus perguruan tinggi. Berbagai peralatan elektronik dan peralatan dapur pun sudah menggunakan listrik. Sehingga “listrik telah merubah segalanya” dan kami merasa “listik membuat kehidupan lebih baik” menuju kejaman lebih modern.
Pada akhirnya aku pun menikah dengan orang tetangga desa pamanku, satu tahun menikah aku merasa apa yang cocok dengan pekerjaan tambahan dirumah selain membuka jasa potocopy setelah survey sana sisni ternyata pada awalnya bertemu teman katanya PLN sekarang akan menerima pembayan secara online dan akan menjadi peluang usaha membuka pembayaran online terutama pembayaran tagihan pelanggan PLN.
Akhirnya aku tertarik dan mengadakan kerjasama dengan salah satu patner Bank dimana dikala itu mendaftarnya baru bisa dilakukan di ibu kota propinsi yang di kenal Palembang ibu kota Propinsi Sumatera Selatan. Dengan modal seperangkat komputer dan sedikit dana aku menambah usaha membuka loket pembayaran resmi dari patner Bank.
Awalnya pelanggan masih pada bingung tentang keaslian struk yang dikeluarkan dicetak secara otomatis apabila pelanggan membayar tagihan PLN, karena biasa mereka membayar tagihannya di kantor PLN terdekat. Saya bilang itu sah dan dapat divalidasi kabsahannya di kantor PLN. Hingga akhirnya mereka lambat laun menjadi pelanggan tetapku setelah meraka tahu kalau loket yang saya kelola itu benar dan sah untuk pembayaran tagihan pelanggan PLN. Setelah dua bulan kemudian banyak pelanggan PLN yang mengeluh tentang tagihan yang tidak sesuai, setelah saya teliti dengan cara setiap pelanggan yang mau membayar saya sarankan untuk menulis terlebih dahulu stan meter yang ada pada meterannya, ternyata banyak pelanggan PLN yang lebih tagih dan kurang tagih.