Keynes berusaha mengembangkan struktur teoritis yang dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan ekonomi makro guna menstabilkan perekonomian. Upaya ini terus dilanjutkan pada periode neo-Keynesian dan pasca-Keynesian. Salah satu isu yang menjadi perdebatan antara tahun 50-an dan 60-an adalah efektivitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter, yang dilaksanakan melalui manipulasi jumlah uang beredar, dianggap tidak efektif dalam upaya menstabilkan perekonomian. Sebaliknya, pandangan ini menyatakan bahwa kebijakan yang lebih efektif dalam menstabilkan ekonomi adalah kebijakan fiskal. Sebagai contoh, dalam menghadapi fluktuasi ekonomi, para Neo-Keynesian meyakini bahwa fluktuasi tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Meskipun mereka sejalan dengan pandangan Monetaris yang menyatakan bahwa ada hubungan erat antara tingkat aktivitas ekonomi dan perubahan Moneter, Neo-Keynesian percaya bahwa perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapatan nasional menyebabkan perubahan Moneter.
Sementara itu, kelompok Monetaris meyakini bahwa perubahan Moneter memengaruhi perubahan dalam pendapatan nasional, sedangkan Neo-Keynesian percaya bahwa perubahan dalam faktor-faktor yang menentukan pendapatan nasional menjadi penyebab perubahan Moneter. Kelompok Non-Keynesian cenderung memilih kebijakan pendapatan (Income Policies), baik dalam bentuk intervensi langsung maupun tidak langsung, untuk mengontrol tingkat harga dan insentif pajak.
Dalam merangkai fondasi ekonomi suatu negara, dua pendekatan utama yang terus menjadi fokus perdebatan dan penelitian adalah teori kebijakan fiskal dan moneter. Kedua teori ini, dengan cara yang unik, berusaha mencapai keseimbangan dalam mengelola kekuatan ekonomi sebuah negara. Kebijakan fiskal, yang terkait dengan pengaturan pendapatan dan pengeluaran pemerintah, berperan dalam membentuk arah pertumbuhan ekonomi melalui pengaruhnya terhadap konsumsi dan investasi. Di sisi lain, kebijakan moneter, yang melibatkan pengendalian uang beredar dan suku bunga oleh bank sentral, mencoba mengontrol inflasi dan menjaga stabilitas mata uang.Â
Namun, keseimbangan antara keduanya bukanlah tugas yang mudah. Terdapat tantangan dalam menyelaraskan kebijakan fiskal dan moneter agar saling mendukung dan tidak saling bertentangan. Keputusan mengenai apakah harus meningkatkan pengeluaran pemerintah atau menaikkan suku bunga menjadi keputusan kritis yang harus diambil dengan cermat. Selain itu, pertimbangan terhadap kondisi ekonomi global, perubahan iklim investasi, dan faktor-faktor eksternal lainnya semakin menambah kompleksitas dalam mengelola ekonomi suatu negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H