Afriadi Ajo (Rakyat Merdeka)
Masih sulit mencari politisi yang siap kalah. Kasus Pemilukada Banten hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh. The looser bermental pecundang. Lalu dicari-carilah alasan untuk menjustifikasi prilaku pecundang mereka, spt menuduh pemilukada curang --padahal dirinya sendiri berbuat kecurangan, terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan massif --padahal yg begituan terjadi di Kota Tangerang, dsb. Dan yg lebih parah mereka menghina pilihan rakyat Banten sbg terpengaruh money politic --masyarakat tidak sebodoh itu, bhw pilihan mereka bisa berubah krn duit puluhan ribu apalagi indomie. Sudahlah, terimalah kekalahan itu dengan legowo biar masyarakat ancung jempol pada anda.
Afriadi Ajo (Rakyat Merdeka)
Masih tentang Pemilukada Banten. Mentalitas pecundang itu lucu. Karena sadar bahwa mereka bukan pilihan utama rakyat Banten, maka dicarilah cara lain untuk menang, yaitu lewat Mahkamah Konstitusi. Mereka berharap Ratu Atut-Rano Karno didiskualifikasi oleh MK lalu kemenangan dialihkan ke mereka. W(ele)H - W(ele)H ...nauzubillah banget ya.. Mereka lupa akan AKHLAKUL KARIMAH, mereka lupa dengan anjuran ULAMA. Tentu mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka harapkan. Jarak suara pemenang sungguh terlalu jauh, +- 450 ribu suara. Itu sungguh berbeda dengan kasus Tangsel dan Pandeglang dimana jarak suaranya hanya ribuan. So, biar malu tidak berlipat, adalah lebih yang kalah memberi ucapan selamat kepada pemenang. Dengan begitu anda meninggalkan record yang baik di mata masyarakat.
Lihatlah mereka :
- Pengumuman belum dikabarkan
- Kecurangan berkliaran tanpa busana
- Media bertabur berita maksiat politik di tanah Banten
- Hak politis lawan diabaikan seruan tidak legowo dibesarkan
Dikirimlah antek-antek piaraan yang logika politiknya dibawah rata-rata . Merekalah orang-orang suruhan para boss papan atas yang sudah terjerat cengkeraman uang dan kekuasaan, para boss yang takut posisinya tersingkirkan bila berpihak kepada rakyat. Para Juragan yang makmur karena hidup dengan cara menjual diri, menjilat kekuasaan, khianat kepada etika profesi. Tangsel, 26 Oktober 2011 ane cahPamulang Pos ke : FB Notes http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=192203917523931
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H