Setelah tervonis HIV positif.,aku harus menjalani serangkaian test lanjutan sebelum menjalani terapi ARV ( anti retroviral ).,dan yang paling penting adalah test untuk mengetahui jumlah CD4 kita ( jumlah sel kekebalan tubuh kita )..menurut aturan seorang ODHA harus segera melakukan terapi ARV jika jumlah CD4 dalam tubuhnya kurang dari 350.,dan jumlah CD4 yang ada dalam tubuhku waktu itu masih cukup lumayan yaitu 260 dan langsung harus terapi ARV dengan berbagai resiko diantaranya efek samping ARV yang tiap orang berbeda efek sampingnya.,ada yang menjadikan anemia,kulitnya mengelupas,dan lain-lain.,dan juga harus siap mental untuk minum ARV tepat waktu seumur hidup..
kombinasi ARV yang di berikan padaku adalah lamivudin+zidovudin ( duviral ) dan juga Nevirapine ( Neviral ).,dan juga masih ada obat tambahan lain seperti kotrimoksasol atau yang lainya.,hari pertama minum ARV tubuhku tidak kuat terhadap efek kotrimoksasol hingga aku lemas dan terbaring di tempat tidur selama beberapa minggu.,yang akhirnya aku tidak mengkonsumsi kotri lagi.,
dalam keadaan terbaring lemas aku mencoba untuk menguatkan hatiku bahwa aku tidak akan kalah dengan virus ini dan aku harus bisa.,mungkin karena jumalh CD4 di tubuhku lumayan sehingga di awal terapi aku tidak mengalami banyak efek samping yang berat.,hanya sekedar kulit kering,,gatal".,dan itupun hanya 2 bulan awal terapi.,tentang jadwal minum ARV pun aku mengalami kesulitan karena dari dokter menyarankan jam 7 pagi dan jam 7 malam.,yang jadi masalahku masalah bangun pagi.,setelah sering telat minum ARV di pagi hari akhirnya jadwalnya aku ubah sendiri jadi jam 10 pagi dan jam 10 malam.,jika jam 10 pagi aku pasti sudah bangun.,tp ternyata malah menimbulkan masalah baru lagi, karena terkadang aku ada keperluan keluar rumah sebelum jam 10 pagi dan otomatis aku tidak bisa minum obat saat ada kerjaan.,akhirnya aku putuskan jadwalnya aku ubah lagi jadi jam8 pagi dan jam 8 malam.,walaupun masih mengalami kesulitan bangun pagi tetapi aku coba untuk melawanya.,dan sampai saat ini setiap jam 8 pagi dan jam 8 malam aku harus minum ARV dan itu berlaku seumur hidupku.,
setiap sebulan sekali aku harus mengambil ARV lagi ke rumah sakit  karena memang kita hanya di beri jatah ARV untuk satu bulan saja.,jika jatah satu bulan sudah habis ya harus mengambil lagi.,sejauh ini ARV bisa kami peroleh dengan gratis karena katannya biaya ARV sampai saat ini masih di biayai dari bantuan negara lain.,mungkin hanya biaya transport ke rumah sakit dan biaya pendaftaran di rumah sakit yang harus kami keluarkan tiap bulan.,tetapi dari keterangan teman-teman yang lain daerah ada juga yang pihak rumah sakit tidak menarik biaya pendaftaran untuk ODHA yang ingin mengambil ARV.,mungkin karena beda rumah sakit beda pula aturannya.,
dalam hal terapi ARV tiap orang berbeda-beda hasil dan efek sampingnya.,dan yang terkadang menjadi polemik adalah ketika orang itu mengalami efek samping yang berat sehingga malah memutuskan untuk tidak melanjutkan minum ARVnya.,hal itu terjadi rata-rata pada orang yang kurang memahami tentang pentingnya ARV dan segala efek sampingnya di karenakan pemikiranya yang masih kolot.,bahkan ada pula yang beranggapan bahwa sakitnya karena di guna-guna orang lain sehingga diamemilih pergi ke dukun/orang pintar untuk berobat dan tidak mau minum ARV.,di daerahku yang pada awalnya di temukan 20 orang yang terdeteksi sekarang hanya tersisa 3 orang yang bertahan termasuk aku sendiri.,karena mereka lebih percaya dengan dukun daripada dokter.,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H