Bertepatan dengan ulang tahun ke-63, Pertamina semakin serius mendorong transisi energi dari berbasis fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.
Ini bisa dikatakan merupakan kado spesial bagi masyarakat Indonesia. Mengingat tren dunia saat ini tengah mengarah pada energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti itu.
Langkah nyata Pertamina untuk mendorong transisi energi itu bisa dilihat dari beberapa kebijakannya akhir-akhir ini.
Di antaranya adalah mulai dioperasikannya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 10 Desember 2020 lalu, atau tepat pada Hari Ulang Tahun (HUT) perusahaan migas nasional tersebut.
SPKLU yang pertama di Indonesia ini terletak di SPBU Fatmawati, Jakarta Selatan. Jika dilihat dari wujudnya, SPKLU ini layaknya SPBU yang sering kita temui, tetapi bedanya bukan Pertamax atau Dexlite yang dijual, melainkan energi listrik.
Tentu saja, ini menjadi sebuah lompatan spesial, sekaligus menandai tapal batas transformasi energi kita. Karena industri mobil listrik diprediksi akan menjadi tren di masa depan. Dan, Pertamina mulai mempersiapkan diri untuk mengantisipasi transisi energi yang akan terjadi.
Hadirnya SPKLU ini juga untuk mendukung Pemerintah guna mendorong tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.
Kemudian, untuk mendukung berkembangnya kendaraan listrik itu, Pertamina dan PLN akan bersinergi untuk mengembangkan baterainya. Penjajakan ke arah sana sudah mulai dilakukan dan ditegaskan oleh Kementerian BUMN beberapa waktu lalu.
Dengan begitu, maka penggunaan energi bersih dan energi terbarukan kini telah memiliki prasyaratnya.
Selain itu, Pertamina sebenarnya juga telah mengembangkan bahan bakar berbasis nabati, atau kerap disebut sebagai Biodiesel. Sejak akhir 2019 lalu, perusahaan BUMN ini telah memproduksi B30.