Tagar #LangitJakarta sempat menjadi trending topic di media sosial Twitter pada Selasa (1/12/2020). Foto-foto yang menunjukan indahnya langit Jakarta pun ramai mewarnai linimasa.
Adanya tagar tersebut, diakui atau tidak, sebenarnya menjadi ungkapan rasa bahagia warganet dengan birunya langit Jakarta hari itu. Warna biru terang disertai awan putih sangat elok dipandang.
Memang, harus diakui bahwasanya langit Jakarta biasanya tak seperti itu. Kita lebih sering melihat angkasa dengan warna buram dan berasap akibat polusi kendaraan.
Lantas, bagaimana caranya agar langit Jakarta tetap biru seperti kemarin?
Gelapnya langit Jakarta selama ini bukan tanpa sebab. Utamanya karena polusi udara yang sangat tinggi di Ibukota.
Merujuk data IQAir, kualitas udara di Jakarta sebenarnya tidak dalam kualitas baik-baik saja. Pada tahun 2019 lalu, rata-rata konsentrasi partikel PM 2,5 di Ibukota mencapai 49,4 g/m.
Angka ini cenderung meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni 45,3 g/m pada 2018 dan 29,7 g/m pada 2017.
Padahal, batas aman paparan PM2,5 yang ditetapkan oleh WHO adalah 25 g/m. Artinya, tingkat polusi di Jakarta telah melebihi batas aman dari standar yang disepakati global.
Dengan nilai seperti itu, kualitas udara di Jakarta masuk ke dalam kategori "Tidak Sehat bagi Kelompok Sensitif".
Nah, polusi tinggi itu tentu ada sebabnya. Dan sumbernya itu paling banyak berasal dari asap kendaraan bermotor.