Hal ini seperti yang dialami oleh masyarakat di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Setelah berdirinya Pertashop di Desa Wani, Kecamatan Tanantovea, masyarakat tak lagi membeli BBM seharga Rp 10 ribu lagi. Mereka kini membeli Pertalite dan Pertamax sebagaimana harga SPBU di seluruh Indonesia.
Selain mendekatkan akses energi, kehadiran Pertashop juga bisa menjadi instrumen bagi desa untuk mengerek perekonomian lokalnya. Diantaranya melalui Badan usaha Milik Desa (BUMDES).
Selain itu jika akses bahan bakar itu lebih dekat, maka masyarakat pun bisa melakukan aktivitas ekonomi dengan lebih produktif. Yang jelas, akan semakin banyak peluang usaha yang bisa dikerjakan di desa.
Inilah yang diharapkan dari dampak positif Pertashop, yakni menjadi daya ungkit ekonomi di pedesaan pasca pandemi.
Menurut saya, dengan adanya Pertashop ini akses energi kepada masyarakat desa jauh lebih terjangkau. Masyarakat desa tidak perlu lagi harus menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan bahan bakar.
Kita patut mengapresiasi dan mendukung program yang mendekatkan pada cita-cita pemerataan dan keadilan energi seperti ini. Sekaligus upaya untuk menjadikan desa sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Inilah komitmen Pertamina sebagai perusahaan BUMN dalam mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga jumlah Pertashop ini akan semakin bertambah, utamanya di desa-desa yang belum terjangkau SPBU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H