Mohon tunggu...
Cahil Halil
Cahil Halil Mohon Tunggu... -

Putra Indonesia asli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Klaim Budaya, Tak Hanya Malaysia yang Salah

18 Juni 2012   11:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:49 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia dan Malaysia kembali tegang. Pasalnya masih pasal yang lama juga, yaitu pasal klaim budaya. Malaysia berencana memasukkan tarian Tor tor yang selama ini lazim kita tahu merupakan tarian milik etnis mandailing dan batak di Sumatera Utara.
Seperti kasus-kasus sebelumnya, sontak hal ini membuat murka dari para warga negara Indonesia yang merasa dirugikan oleh klaim Malaysia tersebut. Bagaimana tidak ini bukan kasus pertama dan mungkin pula yang terakhir kali Malaysia berbuat yang demikian. Keterlaluan memang.
Tapi marilah kita melihat lebih jauh kedalam perihal budaya ini. Karena antara Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang memiliki keterkaitan yang cukup kuat. Kedua negara Asia Tenggara ini hanya berbatas selat yang tidak terlalu lebar dibagian barat dan batas daratan pada bagian timur. Kedekatan geografis ini membuat pergerakan manusia dari Indonesia ke semenanjung Malaysia telah berlangsung semenjak dahulu kala. Ada banyak etnis dari Sumatera yang telah bermigrasi ke negeri-negeri di Malaysia dan mendirikan komunitas etnik masing-masing disana. Bersamaan dengan perpindahan itu tentu para migran dimasa lalu juga turut serta membawa khasanah budaya dari negeri asal. Seiring perubahan masa yang pada akhirnya membuat para perantau itu menjadi warga resmi dinegara Malaysia secara hukum tentu tak akan membuat mereka lantas membuang budaya daerah asal yang dibawanya. Akhirnya, dari komunitas perantau itulah Malaysia boleh menetapkan klaim dari budaya tertentu.
Tetapi secara hukum hak atas satu bagian dari kebudayaan adalah hak mutlak milik bangsa dimana budaya itu berasal. Malaysia tetap tidak boleh mengklaim sepenuhnya. Sementara kita yang merasa dirugikan oleh tindakan Malaysia juga tidak memiliki kapasitas terlalu berlebihan dalam memvonis Malaysia sebagai maling kebudayaa, karena asal usul keberadaan salah satu unsur kebudayaan kita disana juga orang-orang kita yang membawanya dimasa lalu.
Sebaliknya mari kita bersama kembali membenahi diri kita dan sistem kita dalam berkebudayaan. Jujur selama ini tak banyak orang Indonesia, khususnya generasi muda yang mengenal tarian Tor tor sebagai tarian asli Indonesia kecuali mereka yg berasal dari etnis Mandailing dan Batak. Hampir tidak pernah kita menyaksikan penampilan tarian tersebut dilayar kaca maupun pada event budaya yang mewakili Indonesia. Seutuhnya. Kebudayaan Indonesia yang cukup dikenal oleh warga negara kita hanya berkisar pada seni budaya yang ada di pulau jawa saja. Adapun seni budaya luar Jawa hanya sedikit yang mendapat tempat dalam wahana besar budaya yang bernama Indonesia. Padahal dengan keaneka ragaman etnik yang kita miliki, masih ada ribuan lagi tarian semacam Tor tor yang boleh kita gali, kita perkenalkan dan lestarikan. Tak hanya ketika ancaman klaim mengklaim oleh saudara kita dari negeri seberang sana barulah kita disini dirundung emosi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun