Salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan ikon pesantrennya adalah Kabupaten Tasikmalaya di Provinsi Jawa Barat, selain tentunya Kabupaten Jombang di Jawa bagian timur. Tak tanggung-tanggung, jumlah pesantren yang tersebar di seantero Tasikmalaya terhitung lebih dari 2000. Jumlah tersebut tentu bisa kita lihat secara lebih jeli, bahwa di dalamnya akan ada banyak pengajar, santri dan usaha-usaha yang bergerak untuk menopang ekosistem pesantren dan pendidikan yang digelar di dalamnya.
Melihat fenomena dan data yang masih general tersebut, tentu saja akan muncul pemikiran bahwa keberadaan pesantren juga seharusnya bisa memantik hal-hal besar lain, seperti misal menjadi pusat ekonomi dan pusat pengembangan ide kreatif.
Ambil contoh, Pesantren Idrisiyyah di Cisayong, Tasikmalaya. Pesantren tersebut telah menjadi pemasok produk kerajinan berbahan dasar bambu dengan pasar yang tak main-main, Eropa! Produk-produk hasil kerajinan santri tersebut antara lain tas jinjing dan sendok pengaduk kopi. Fenomena ini masuk di akal karena memang kini di Eropa sedang marak gerakan #SayNoToPlastic, yang mana menyebabkan sendok plastik pun tidak lagi digunakan, sehingga produk sendok bambu bisa mendapat pasar yang luas.
Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto pun terus berupaya untuk mendorong para pengasuh pesantren dan santriwan serta santriwati untuk jeli melihat potensi, sektor apa yang sekiranya bisa sesuai dengan potensi yang dimiliki dan akan dikerjakan. Tentunya jika langkah ini berhasil diambil oleh pesantren-pesantren yang ada di Tasikmalaya, keuntungan yang datang bukan saja berupa keuntungan finansial, tetapi kualitas sumber daya manusia (SDM) yang terus naik menuju titik signifikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H