Sejak awal januari tahun 2020 ini, Covid-19 telah melanda Cina dan beberapa negara di Asia yang menjadi tujuan ekspor buah manggis dari para petani dan eksportir di Kabupaten Tasikmalaya.
Oleh sebab itu, dampak yang sangat dirasakan oleh petani dan eksportir buah manggis ada adalah ancaman kerugian dengan angka yang sangat besar lantaran pihak di Cina menginformasikan untuk tidak mengirimkan buah-buahan tersebut terlebih dahulu.
Imbauan untuk tidak mengirimkan terlebih dahulu buah manggis dari petani Kabupaten Tasikmalaya tersebut disebabkan oleh tidak adanya warga yang keluar rumah di Cina dan beberapa negara lainnya lantaran takut.
Dilansir dari liputan6.com seorang eksportir manggis memberikan pemaparan bahwa mereka jelas merugi lantaran harus tetap membayar uang untuk pegawai yang mereka pekerjakan. Tidak hanya itu, eksportit buah manggis pun tetap harus mebayar kepada agen.
Namun, untuk mengakali kerugian agar tidak kian membengkak semakin besar, para petani dan eksportir manggis ini menyasar pasar-pasar domestik untuk memasarkan hasil panen buah manggis mereka.
"Daripada rugi seluruhnya, akhirnya kami jual setengah harga", ungkapnya kepada tim liputan6.com.
Meskipun petani dan eksportir belum mampu untuk mengirim manggis-manggis mereka ke luar negeri seperti saat-saat sebelumnya, kondisi demikian juga merupakan kabar baik bagi pasar domestik, lantaran buah kualitas ekspor yang baisanya jarang ditemui di pasar domestik kini beredar dengan harga yang tidak menjulang tinggi selangit.
Namun, mau bagaimanapun juga, petani dan eksportir manggis di Kabupaten Tasikmalaya berharap wabah ini segera berakhir dan ditangani dengan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H