Mohon tunggu...
Komalasari Mulyono
Komalasari Mulyono Mohon Tunggu... lainnya -

F

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maraknya Produk Lokal Berkhianat, Masih Pantaskah Dicintai?

8 Oktober 2011   06:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:12 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berita-berita mengerikan produk makanan selalu tersaji, membuat masyarakat trauma lalu kehilangan kepercayaan terhadap produsen lokal. Yang sudah terlanjur mengkonsumsi hanya terhenyak saja, tanpa harus tahu berbuat apa. Produsen nakalpun kian merajalela, tanpa takut tersentuh hukum, karena hukum sekedar tempelan belaka di Indonesia.

Banyak sekali artikel-artikel hebat bertebaran di berbagai media masa. Mengajak kita untuk mencintai produk lokal daripada produk impor. Karena semakin hari masyarakat Indonesia lebih suka memakai benda dan jasa luar negeri. Salah satu faktor penyebabnya adalah pudarnya kepercayaan konsumen Indonesia terhadap aneka bentuk produk lokal yang syarat tipudaya dan marabahaya!!.

Masyarakat syok, ketika membaca berita daging tikus dipakai membuat bakso. Padahal bakso adalah makanan rakyat yang paling digemari. Adanya hanya di Indonesia.

Sebagai orang Indonesia, kita sangat cinta jamu, sebagai obat berbahan alami yang khasiatnya ampuh untuk kesehatan. Jamu-jamu mengandung bahan berbahaya beredar di pasaran. Produsen jamu racun ini secara kejam mengkhianati kepercayaan para pecinta jamu. Membunuh rasa bangga kepada jamu sebagai herbal khas Indonesia.

Ingat kasus Prita?. Masyarakat bisa trauma kepada rumah sakit. Prita hanyalah salah satu yang sempat memanas beritanya. Mungkin masih banyak Prita-Prita lain memilih bungkam. Karena tahu sebagai konsumen selalu kalah. Bagi orang berduwit bisa berobat ke luar negeri, untuk mendapatkan jaminan dan fasilitas yang lebih memadai daripada yang ada di negeri sendiri. Sedangkan bagi masyarakat bawah seringkali memilih jalur alternatif yang kadangkala bermuatan hal-hal diluar nalar dan lebih membahayakan.

Saos tomat yang mengandung zat pewarna pakaian. Penjual ayam bangkai. Penjual jajan pasar dengan bahan racun. Bagaimana kelanjutan kasusnya?. Kita hanya disarankan waspada sesuai aturan diri sendiri. Tragisnya, menurut para kelompok patriot produk lokal, salah jika kita berlari melirik produk luar yang kita anggap lebih menjamin keselamatan dan kepuasan kita.

Saran dari konsumen lokal untuk produsen nakal :

Dorongan menggebu mendapatkan uang banyak secara cepat, pasti akan menutup aliran rejeki anda. Ubahlah menjadi keinginan menggebu untuk memuaskan konsumen, maka uang akan mengalir sepanjang hayat anda, selagi mau berusaha di jalan benar. Hasil jalan suci lebih abadi daripada jalan berdebu.

Saran untuk aparat hukum :

Buat ketegasan dan kepastian hukum yang jelas. Undang undang konsumen no.8 tahun 1999 begitu tumpul menjamin keselamatan konsumen. Asah secara tajam dengan harga diri sebagai pelayan yang bermartabat. Hukum berat produsen nakal. Stop debat berdebat dalam menyelesaikan kasus.

Hukum tegas, berpihak pada yang benar, membuat semua lapisan masyarakat sanggup belajar menjadi baik menuju negara terhormat yang disegani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun