"Nek Jepang negara hebat. Orangnya pintar . Melebihi orang Indonesia. Produk mesinnya menjadi panutan dunia. Aku bangga bila suatu hari nanti bisa ke Jepang, menimba ilmu di sana" gema pemuda- pemudi pertiwi.
Nenek tua dengan tongkat penyangga terhuyung. Ledakan dadanya menggelegar. Kilatan martabatnya yang terserak hina begitu menakutkan. Sisa -sisa waktunya sia-sia. Menunggu keadilan!.
"Diam"
"Begitu bangganya kamu cah bagus, cah ayu. Mendewakan bangsa penghancur kehormatan gadis-gadis negaramu di masa lalu. Dimana meninggalkan trauma kotoran yang tak berkesudahan? . Waktu, uang, jabatan tak mampu merekatkan kepingan martabat wanita yang hancur, dimana kemuliaan wanita sangat dijunjung oleh leluhurmu"
Pesan ini mendapat sautan petir dari angkasa. Tarian Majapahit berpadu dengan Sriwijaya. Gajahmada duduk dengan perkasa di atas garuda. Matanya merah menyala laksana bara neraka.
Jugun Ianfu. Noda bangsa yang terbenam oleh rendahnya bangga para pewaris tahta negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI