Mohon tunggu...
Komalasari Mulyono
Komalasari Mulyono Mohon Tunggu... lainnya -

F

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar Membasmi Korupsi Kepada Orang Kanton

1 Oktober 2013   16:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:08 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hong kong kota modern di Asia dengan populasi 90% Chinese Kanton, terkenalsukses memadukan budaya barat dan timur, melahirkan budaya barat rasa timur atau budaya timur rasa barat. Tanpa mengalami clash culture yg berujung konflik sosial maupun degradasi sosial. Dua budaya (timur dan barat) yg di mata awam bersifat saling bertentangan,layaknya minyak dan air, di Hong Kong, dua budaya tersebut justru saling bermesraan, saling mengisi kekurangan maupun mendukung kelebihan masing-masing. Akar kemesraan keduanya adalah toleransi ,yg mana bisa dikatakan sebagai oksigennya kehidupan, dimana jumlahnya dari hati ke hari makin langka. Kabar buruknya, lebih banyak orang yg mengabaikannya daripada melestarikannya. Tak heran bila populasi manusia sejahtera secara spiritual,ekonomi,politik,maupun sosial menjadi minoritas di dunia. Lebih jauh, kelompok ini selalu menjadi target kemarahan karena kecemburuan akibat pragmatisme buta. Tak heran, bencana kemanusiaan akan menjadi balada tragedi tanpa akhir, sepanjang sejarah peradaban manusia.

Ada satu lagi hal yg mengagumkan dari penduduk Hong Kong, selain terkenal sebagai pekerja keras yang mumpuni, mereka juga terkenal memiliki harga diri tinggi, sebuah modal dasar membasmi korupsi. Terutama perihal menabukan pemberian hadiah maupun menerima hadiah. Pantas dijadikan bahan pembelajaran untuk mengembangkan sikap menghilangkan korupsi yg makin hari makin menggurita di negeri tercinta ini.

1.Takut Kepada Keserakahan

Perlu usaha keras bagi seseorang untuk membuat orang Kanton menerima hadiah kita. Serupa adat istiadat Chinese pada umumnya, tapi etika Chinese umumnya akan menerima pemberian kita setelah penolakan ketiga kali. Keserakahan merupakan pamali pada masyarakat Chinese. Orang Kanton memandangnya jauh lebih ekstrim, keserakahan merupakan aib terlarang. Dalam kehidupan sosial masyarakat Kanton,harga diri seseorang akan naik ketika seseorang menolak hadiah dan sebaliknya menerima hadiah menghancurkan harga diri seseorang.

Terbalik bukan dengan etika orang Indonesia pada umumnya?. Yg mana menganggap hadiah sebagai rejeki yg patut disyukuri, hadiah sangat dihargai, lebih menghargai dari hasil jerih payah pribadi, membuat perilaku pamrih dan hedonisme menjadi biasa,ujung-ujungnya korupsi sesuatu yg wajar, menjadi mata rantai warisan dari generasi ke generasi yg susah terputus. Yg pantas disyukuri adalahanugerah Tuhan yg berwujud keunikan kita manusia,yg kita namakan cinta,empati,harga diri,toleransi.

2. Hadiah Mahal adalah Pelecehan

Memberi hadiah yg sangat mahal kepada orang Kanton, yg mana harganya tidak terjangkau oleh kantong si penerima dianggap sebagai penghinaan. Orang Kanton langsung menganugerahkan kecaman keras dengan intonasi yg melebihi musik cadas kepada pemberi hadiah mahal tersebut. Maklum karakter orang kanton keras dan spontan, hitam langsung mereka katakan hitam, putih mereka langsung katakan putih, pun tanpa dendam.

Dalam masyarakat Indonesia, pemberi hadiah mahal langsung didewakan, disanjung-sanjung sebagai orang dermawan baik hati,memiliki moral mulia dan gelar-gelar besar yg mampu membuat kerdil atau payah si penerima maupun pemberi. Segala hal yg melebihi kapasitas merupakan sumber penyakit, baik penyakit sosial, penyakit hati, penyakit fisik,penyakit politik, penyakit keadilan dan lain-lain.

3. Memberi Hadiah Kepada Pelayan Publik Ilegal

Datang ke sekolah bergengsi, membawa uang banyak disertai barang-barang lux, merayu kepala sekolahnya dengan itu semua supaya diterima di sekolah tersebut. Tanpa berpikir panjang sang kepala sekolah langsung menelepon polisi , untuk mengantarkannya ke pengadilan dan masuk penjara.

Datang ke kantor ke polisi, menemui salah satu orang berpengaruh dalam instansi tersebut, supaya menjadi polisi secara instan, tak lupa membawa upeti yg menggiurkan. Sama. Destinasi terakhir paling indah tetaplah pengadilan dan penjara.

Salah satu hukum yg lebih banyak dipengaruhi oleh karakter orang Kanton, yang mana masih belum mungkin diterapkan di negeri tercinta Indonesia, mengingat karakter masyarakat kita yg masih tepo seliro kepada sikap saling memberi dan menerima secara buta. Ternyata hukum suap yang hampir serupa sudah ada di negeri tercinta ini, tapi pelaksanaan hukum dimanapun berada, supaya sukses, sangat tergantung dari karakter masyarakatnya secara menyeluruh.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun