Mohon tunggu...
Cahaya Fajar
Cahaya Fajar Mohon Tunggu... -

Seorang manusia yang menangis ketika lahir ke dunia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Delapan Tahun Sudah Munir Tiada

6 September 2012   15:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346944832255393419

[caption id="attachment_197576" align="alignnone" width="425" caption="Foto: grafisosial.wordpress.com"][/caption]

Delapan tahun sudah kini kau telah tiada namun tak ada titik terang siapa aktor intelektual yang membuat mu meninggal, hidup Mu yang mungkin sesaat telah membuat Kami bertanya-tanya mengapa mereka mampu berbuat sekejam itu, membunuh orang yang baik, orang yang berani melawan mereka yang menodai nama keadilan, orang yang telah mengajarkan kata berani pada orang-orang yang di bungkam. Jejak-jejak hidup mu akan terus di ingat meskipun mereka mencoba menghilangkan nama Mu dari sejarah, sejarah dimana Kau pernah membela orang-orang yang menderita karena gelapnya keadilan di negeri ini dan memberikan mereka hak-hak kembali.

Aku yakin jauh di alam sana Kau sedang bersedih, sedih karena tak kunjung datangnya seorang pengganti. Memang belum ada sampai saat ini sosok yang pantas di apresiasi sebagai pengganti Mu atau paling tidak sepak terjang nya mirip dengan Mu.

Kepergian Mu sejak delapan tahun silam tidak hanya memberikan tanda tanya besar bagi bangsa ini, karena Ku yakin dunia juga merasakan hal yang sama yang di rasakan bangsa Mu sendiri karena kehilangan satu sosok pahlawan pejuang Hak Asasi Manusia.

Munir. Di hidup Mu yang sangat pendek kau telah banyak menginspirasi Kami, memberikan kami pelajaran penting tentang bagaimana memaknai hidup yang sementara ini, mengajarkan kami nilai-nilai berani, mengajarkan kami berkata tidak untuk orang-orang yang menindas atas sesamanya tak peduli siapa itu orangnya dan tak pernah mundur meskipun nyawa taruhannya.

Kini Kau telah tiada terbujur kaku di dalam kubur dan Kami yang tersisa hanya dapat berdoa semoga kau bahagaia disisi yang Maha kuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun