Mohon tunggu...
Cahaya Fadillah
Cahaya Fadillah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kau nak, paling sedkit kau harus berteriak. Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu tidak akan padam ditelan angin akan abadi sampai jauh, jauh dikemudian hari orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dalam masyarat dan dari sejarah (Pramoedya Ananta T)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit dan Hujan

22 April 2014   14:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Kenapa kau suka langit" itu pertanyaanmu.

Simple. Aku hanya lebih tenang melihatnya. Dan, disaat aku sedihpun menatap keatas akan menyurutkan air mataku, sederhana bukan?”

"Lalu mengapa kau suka hujan?"

"Hujan juga sama membuatku lebih tenang dengan percikan setiap airnya yang jatuh, bahkan menari dibawah hujan membuatku merassakan bebas. Langit dan hujan itu puya ikatan yang kuat. Kau percaya? aku percaya. Dan yang paling aku sukai dari keduanya, aku dapat mengingatmu lebih jelas"

Dia kemudian memelukku, erat sekali. Mengecup keningku. Tidak ada sepatah katapun darimu terdengar ditelingaku. Tapi aku merasakan. Disana kau mengatakan “aku sangat menyayangimu”

Kemudian aku terbangun…..Dan (lagi) tetap kau tak ada..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun