Tiga tahun berlalu, semenjak Eko bekerja di Arab Saudi. Sulung dari dari 5 bersaudara ini, berstatus manager kontrak pada seb uah perusahaan multinasional di sana. Keseharian ayah tiga orang putra ini, boleh dikatakan mapan. Eko merasa berhutang budi, dan punya tanggung jawab moral kepada perusahaan. Kantor pusat di tanah air rutin meminta laporan keuangan. Sayangnya, setiap kali kirimannya "menyusut" saat diterima pimpinan. Kurs yang ditawarkan, haruslah diterima apa adanya." Adakah kurs yang kompetitif?"
 Echa, adik Eko, begitu ia biasa dipanggil. Kini bermukim di Negeri Paman Sam. Ia mengikuti sang suami yang bermukim di sana. Sebagai istri dan ibu, Echa harus pintar-pintar mengatur keuangan keluarga. Di kota ini semua serba mahal. Termasuk tanda kasih untuk Ibunda di Jakarta. Waktu luang Echa terbatas. Biasanya, kiriman dititipkan pada seorang kenalan. Konsekuensinya, sebagian terpotong biaya dan jasa. "...DICARI!...kurs yang hemat waktu..."
 Sebagai dosen jurusan Bisnis di Negeri Singa, Etty harus hidup hemat. Maklum, belum genap setahun bekerja di sana. Untuk meminta bantuan orang tua, ia tak tega. Ibunda sudah lanjut usia, Ayahanda telah tiada. Sebaliknya, Etty merasa "harus" memberi sesuatu untuk Ibunda. Sebagian penghasilan disisihkan, dikumpulkan kemudian dikirimkan beberapa bulan kemudian. Begitulah, setiap kali transfer valas, harus mencukupi jumlah tertentu. Jadi, sabarlah Ibunda, maafkan.., Etty tak berdaya. "Bagaimana cara kirim uang dengan dana terbatas?"
 Lain lagi tantangan Edo. Sebagai penerima beasiswa di Negeri Tirai Bambu, ia harus siap "multitasking". Semua dikerjakan sendiri, agar jatah beasiswa cukup. Di waktu luang yang tersisa, Edo mencari tambahan dengan mendirikan on line store. Lumayan di negeri Panda, barang-barang relatif lebih murah. Cita- cita Edo bisa mendukung Ibunda di Jakarta. Kuliah, sambil kerja menyita energi dan waktunya. Mana sempat Edo harus ke Bank??? Belum lagi, selisih kirim valas yang menganga. "Tolong, carikan kurs yang sesuai, dear friends?" Apakah ada cara mudah kirim uang dari luar negeri? Bagaimana jurus tranfer valas tanpa korting?
[caption caption="Kirim valas tanpa cemas"][/caption]
Kamis lalu, Era mengikuti #NangkringBCA. Putri bungsu dari lima bersaudara ini adalah seorang Kompasioner. Bakatnya menulis mungkin diturunkan dari orang tuanya. Almarhum Ayahanda seorang wartawan, Ibunda tercinta pensiunan guru Ketrampilan. Pantaslah tulisan Era sering "nangkring" di headline jadi panutan. Kebetulan, acara #NangkringBCA 3 Desember 2015 itu tentang "Cara Mudah Kirim Uang dari Luar Negeri". Topik yang sangat diminati Era. Bukan karena sering kirim uang, sebaliknya ia sering dapat kiriman uang dari luar negeri. Ya..., betul! Echa adalah adik bungsu dari Eko, Echa,Etty, dan Edo. Era tinggal di ibukota bersama Ibunda Ema. Kuliah dan "freelance" meringankan beban Ibunda, termasuk menulis lewat Kompasiana.
 Mendung tak menghalangi sahabat kompasioner berkumpul di jalan KH Wahid Hasyim #49-51, Menteng. Perkenalan inovasi fitur electronic banking BCA (e channel atau media) telah dibuka oleh MC Citra. Di sampingnya, sosok mas Isjet +Iskandar Zulkarnaen -asisten manager Kompasiana-, siap menjadi moderator.
Â
[caption caption="Menanti Kompasianer"]
Narasumber sore ini adalah : bapak Lian Lubis, Manager Senior Divisi Treasury BCA : bapak Junanto Herdiawan +Junanto Herdiawan , Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, yang mengaku pecinta ekonomi dan travelling, hingga kini telah menulis 5 buku.
Apa yang dimaksud dengan kurs e-Rate BCA?