Mohon tunggu...
Nur Rohmah
Nur Rohmah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bambang Muryanto, Menolong Sesama Melalui Jurnalistik

31 Desember 2013   10:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:19 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bambang Muryanto, adalah seorang journalist kelahiran 5 november yang mengawali karirnya sebagai reporter Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat pada tahun 1996 setelah menempuh jenjang S1 Hubungan International di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1994. Selain menjadi wartawan di media massa, Bambang juga pernah menjadi staf komunikasi sebuah lembaga The Nature Conservancy pada tahun 2001 dan Public Outreachdi UNOCHA, yaitu suatu badan PBB yang menangani bantuan kemanusiaan. Bambang bergabung dengan UNOCHA pada tahun 2006, yaitu ketika Yogyakarta sedang mengalami pasca gempa akibat aktivitas gunung merapi yang meningkat. Pernah menjadi wartawan bebas (freelance), bambang sering diminta untuk meliput sebuah berita oleh berbagai media massa, dan akhirnya pada tahun 2000, Bambang diminta oleh The Jakarta Post untuk bergabung menjadi wartawan daerah kerja wilayah Yogyakarta. The Jakarta Post adalah sebuah harian berbahasa inggris di Indonesia yang dimiliki oleh PT Bina Media Tenggara. Target konsumen dari harian ini adalah masyarakat asing dan masyarakat berpendidikan, oleh karena itu, hal-hal yang diangkat dalam harian Jakarta Post adalah peristiwa-peristiwa yang sangat penting.

Tak Lepas Dari Ancaman

Sebagai seorang yang mencari dan mempublikasikan suatu kejadian, tak jarang Bambang memberitakan tentang kasus yang dilakukan oleh seorang pejabat maupun kelompok, hal tersebut membuat Bambang Muryanto tak lepas dari ancaman yang dilontarkan oleh berbagai pihak, terutama dari suatu kelompok ataupun ormas ketika Bambang sedang meliput peristiwa bersejarah bagi Indonesia yang terjadi pada tahun 1998, yaitu Reformasi. Selain pernah mendapat ancaman saat reformasi, Bambang juga pernah hampir dibunuh oleh suatu kelompok di Poso. Disaat itu, Bambang yang sedang meliput budaya megalit di Poso memasuki kawasan yang sedang terjadi konflik agama diancam akan dibunuh oleh para warga setempat, namun hal itu dapat segera dihentikan oleh seorang tokoh adat yang saat itu sedang bersama Bambang dan menjelaskan tentang tujuan Bambang berkunjung ke Poso.

Pengetahuan tentang EYD itu sangat penting

Bambang menyebutkan selain kemampuan menulis dan pengetahuan yang luas, pengetahuan tentang penulisan yang benar dan sesuai Ejaan Yang Disesuaikan menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui oleh wartawan atau jurnalis. Hal ini diperlukan karena dalam menulis berita, seorang journalist harus menulisnya sesuai EYD. Ia juga mengatakan banyaknya kesalahan penulisan yang terdapat dalam surat kabar maupun majalah adalah karena kurangnya pengawasan dan controlling yang memadai. Bambang mengatakan bahwa untuk meraih ketiga hal tersebut, yang harus dilakukan adalah dengan terus menulis dan menambah pengetahuan seluas mungkin, termasuk pengetahuan tentang bagaimana menulis yang benar.

1388460677171429741
1388460677171429741

Wartawan adalah jalannya

Walaupun Saat ini Bambang tercatat sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan dia juga pernah menjadi dosen diberbagai Perguruan Tinggi, seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dan Universitas Atmajaya, menjadi wartawan tetaplah jiwanya. Dengan menjadi seorang wartawan, Bambang merasa dapat membantu masyarakat melalui media, ini dikatakannya sesuai dengan fungsi media sebagai edukasi. Dan juga melalui pekerjaannya inilah, dia dapat bertemu orang-orang hebat dengan lebih mudah. Selain itu, Bambang juga menyebut asyiknya menjadi wartawan adalah dia dapat berpergian ke berbagai tempat di Indonesia, bahkan ke berbagai Negara. Tercatat dia sudah menjelajahi hampir seluruh wilayah di Indonesia, dan beberapa Negara di ASIA.

Selama menjadi wartawan, Bambang tercatat telah menerbitkan beberapa buku dan juga mendapat penghargaan. Diantaranya adalah pada tahun 2002 Bambang bersama Madzuki menulis buku “Jurnalisme Anti Korupsi: Panduan untuk Jurnalis”, mentraslate sebuah thesis, “The Historical Materialism and Politics of the Fall of Soeharto,” kedalam Bahasa Indonesia, “Materialisme Sejarah Kejatuhan Soeharto: Pertumbuhan dan Kebangkrutan Kapitalisme Orde Baru” (IRE Press, Yogyakarta 2005). Selain menjadi penulis dan translator, Bambang juga pernah menjadi editor untuk buku yang berjudul “Bojoku Wis Gender Lho!” yang dipublikasikan oleh Women Crisis Center (WCC) Rifka Annisa pada tahun 2007 dan buku “Panduan untuk Paralegal,” LBH Yogyakarta pada tahun 2010. Dan saat ini, Bambang tengah merampungkan bukunya tentang Investigasi tentang korupsi pasca Gempa di Yogyakarta.

Profesionalisme Ditingkatkan Untuk Survive

AFTA (ASEAN Free Trade Area), yang akan mulai diberlakukan di Indonesia pada tahun 2015 memang telah membuat banyak pihak kalang kabut dalam menyambutnya. AFTA merupakan wujud dari kesepakatan Negara-negara di ASEAN untuk membentuk kawasan bebas perdagangan, bukan hanya produk-produk yang dapat masuk secara bebas, namun tenaga kerja asing pun bebas untuk bekerja di Indonesia. Hal ini memang dapat meningkatkan peluang pasar Indonesia menjadi semakin besar dan juga bagi perusahaan dapat mendapatkan bahan baku dengan lebih murah. Namun, jika hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kemampuan dan kreatifitas, maka produk Indonesia akan tergeser oleh produk-produk luar negeri yang bebas masuk ke pasar perdagangan Indonesia.

Dalam hal ini Bambang tidak merasa begitu khawatir, Dia menyebutkan bahwa dalam profesinya ini, pemberlakuan AFTA tidak akan membuat dampak yang signifikan. Karena disaat ini pun sudah banyak journalist journalist asing masuk ke Indonesia. Kalaupun ada, dampak yang akan terasa adalah pada industry medianya, karena jika industry media tidak meningkatkan profesionalismenya, maka mereka akan tergeser oleh industry asing yang masuk ke Indonesia.

Interview dilakukan oleh:

Nur Rohmah

13730062

Pada tanggal :

18 Desember 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun