Konstruktivisme adalah pandangan yang menekan dan mengedepankan ide - ide lebih memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana negara dan aktor lainnya berperilaku.Â
Teori ini merupakan hubungan yang ada antara negara satu dengan negara lain. Dalam kontruktivisme berada dalam posisi memerlukan pemahaman tentang perbedaan mana teman dan mana musuh.Â
Alexander Wendt mengatakan bahwa "500 senjata nuklir Inggris tidak terlalu mengancam Amerika Serikat dibandingkan 5 senjata nuklir Korea Utara" (Wendt 1995, 73). Melalui pembukaan inilah Wendt dan para konstruktivis lainnya membahas kedua aspek penting penting dalam hubungan internasional, misalnya, "bagaimana negara bisa melihat negara lain sebagai teman dan sebagai teman? musuh?".
Pemikiran konstruktivisme lebih memperhatikan perilaku - perilaku baik negara maupun bangsa karena menurut Alexander Wendt anarki adalah apa yang dilakukan oleh negara itu sendiri, tentang suatu atau dalam sistem internasional itu sendiri.Â
Dalam konstruktivisme dapat diambil dari dua pandangan sebelumnya yaitu pandangan realis dan pandangan liberalism. Persamaan dengan pandangan realisme yaitu sama - sama menggunakan Balance of Power, sedangkan persamaan dengan pandangan liberalisme yaitu interdependensi. Namun dalam kedua pandangan tersebut tidak menjelaskan tentang aspek norma, ide, atau gagasan.
Menurut Alexander Wendt, pandangan konstruktivisme perubahan dari sistem Hobbesian yang bernuansa "konflik/peperangan" ke sistem Lockean yang bernuansa "rivalitas/persaingan", dan ke sistem Kantian yang bernuansa "persahabatan/kerja sama".Â
Dalam praktiknya perubahan dari sistem Lockean ke sistem Kantian lebih sering terjadi karena pantas mendapat perhatian lebih karena menjelaskan banyak hal yang tidak dijelaskan dalam teori Hubungan Internasional lainnya. Menurut Wendt perubahan dari sistem "rivalitas" ke sistem "persahabatan/kerja sama" di mungkinkan adanya 3 hal, yaitu saling ketergantungan (interdependence), perasaan sepenanggungan (common fate), dan kesamaan identitas (homogeneity).
Hal inilah yang menurut Wendt lebih menentukan apakah negara menjadi "teman" atau "musuh" bagi negara lain untuk menjalin kerja sama.Â
Namun menurut Onuf bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah cara memandang fenomena hubungan internasional dengan cara baru yang tidak lagi bersandar pada pencapaian kepentingan (interest), namun seperti maksud (intention), identitas (identity), dan juga alat komunikasi (language).Â
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam perjalannya untuk memenuhi syarat dan ketentuan sebagai sebuah teori, konstruktivisme dapat dianggap sebagai suatu pendekatan (approach) dalam memandang hubungan - hubungan sosial - politik sebagaimana yang dikatakan oleh Nicholas Onuf.