Pendidikan Indonesia membutuhkan pengajar-pengajar yang memiliki visi dan misi yang luar biasa untuk perkembangan pendidikan di Indonesia yang nyatanya masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti singapura dan malaysia. Negeri ini membutuhkan Tenaga pengajar, Guru, Dosen atau lainya yang Tulus mengajar demi kemajuan Bangsa, demi tercapainya Sumber daya manusia yang Cerdas dan Mumpuni.
Di Negeri ini banyak sekali Tenaga Pengajar (walaupun Tidak semuanya) mengajar hanya sesuai silabus, tanpa sekalipun mengkoreksi atau memeriksa hasil pengajaranya. Satu-satunya sistem koreksi disekolah-sekolah kebanyakan hanya melalui Sebuah Ujian tulis, yang biasanya hanya terjadi dua kali dalam satu semester, hal ini bukan titik ukur kemampuan siswa dalam memahami pelajaran.
Realitanya Ada sebagian Tenaga pengajar yang seperti tidak tulus untuk mengajar, mereka seperti hanya mengejar gaji bulanan saja. Mereka berkali-kali tidak mengajar, tidak memberikan tugas tidak mengevaluasi Kemampuan siswa didiknya apa lagi sharing masalah pelajaran dan Terutama sekali hal ini terjadi di kampus-kampus swasta yang Akreditasinya standar.
Saya pernah menemui teman saya mengeluh tentang dosenya, Dosen yang sama yang beberapa kali mengajar mata kuliah tapi tak pernah sekalipun mengajar, kalaupun dia hadir dia hanya membaca absensi lantas memberikan Tugas Makalah tanpa sekalipun memberikan penjelasan mata kuliah. Dosen seperti ini mematikan kreativitas dan semangat peserta didik, menciptakan mahasiswa-mahasiswa plagiat tingkat akut artinya semua makalah yang ditumpuk adalah hasil Kopi paste tanpa sedikitpun dirubah, pokoknya tebal dan isinya berwarna itu saja kata anak-anak, terbukti dari beberapa mahasiswa yang makalah kopi pastenya tipis dia dapat nilai C dan yang tebal dapat nilai B jarang sekali ada yang nilainya A.
Ada pula dosen tipe Egois, pernah suatu ketika teman saya marah – marah karena ulah Dosenya, dia menceritakan Dosen ini tak pernah mengajar atau setidaknya ia mengajar satu kali kemudian libur 3 kali pertemuan, ia merengkap semua materinya yang seharusnya diselesaikan dalam 4 pertemuan menjadi 1 kali pertemuan, kondisi ruangan sempit dengan AC yang mati, lampu penerangan yang kurang dan penuh sesaknya mahasiswa membuat kelas belajar menjadi kurang kondusif apa lagi pak dosen ini menulis dengan sangat cepat malam itu materi 3 bab ia selesaikan dalam satu kali pertemuan, dan tidak memberi mahasiswanya kesempatan untuk istirahat atau jika dosen ini menilai terlalu lama maka ia akan menghapus tulisan yang belum selesai dicatat mahasiswa.
Hal ini menjadikan semua mahasiswa tidak fokus menulis mereka yang memiliki kamera ponsel yang bagus lebih suka memotret tulisan di white board daripada mencatatnya. Pernah seorang mahasiswa nyeletuk “Pak saya pinjam Bukunya buat di foto kopi”, dosenya menjawab dengan nada sengit “Bukanya saya mau balas dendam dulu saya juga seperti kalian, tapi saya bekerja keras menulisnya ini tulisan saya waktu saya kuliah dulu dan saya tulis ulang, enak saja kalian mau foto kopi” jawaban yang tidak bertanggung jawab untuk keluar dari mulut seorang pendidik, menurut saya.
Masih dengan contoh dosen yang sama, seharusnya dosen seperti ini memaklui jika siswanya telat dalam mengumpulkan tugas atau mengalami kesulitan, karena memang banyak informasi yang kurang mereka serap dari sistem pengajaran seperti itu, dan tak pernah sekalipun pak dosen ini memberikan evaluasi per tahap terhadap tugas yang ia berikan, al hasil banyak mahasiswa yang telat mengumpulkan Tugas, dan tak ada keringanan untuk mereka yang telat. Semuanya menjadi putus asa menghadapi dosen macam ini karena mereka seperti memiliki motivasi, jika pernah telat mengumpulkan tugas jangan harap bisa dapat nilai B sebagus apapun Tugas tugas selanjutnya yang kamu kumpulkan.
Ngeri sekali jika semua dosen di Indonesia memilki karakter yang sama dengan si Dosen tersebut, kita mengharapkan dosen atau guru yang bersifat tulus berjiwa orang tua yang membantu peserta didik sampai keakar akarnya, tulus memperbaiki dan memajukan pendidikan, mau mendengar dan mau memberi solusi, bijak dalam memilih metode pengajaran yang bisa di terima peserta didik.
Dan tentunya Negara-negara yang memiliki mutu pendidikan terbaik seperti Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan negara eropa lainya adalah menerapka sistem pendidikan yang bersifat sharing atau komunikatif dua arah (tidak hanya dari si pembicara disini dosen), suasana yang menyenangkan dan kondusif dan tenaga pendidik mampu mengembangkan sistem pengajaran yang terbaik yang menjamin tersampainya materi pendidikan ke peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H