Mohon tunggu...
Dipananta
Dipananta Mohon Tunggu... Buruh - manusia menulis

belajar untuk menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Canggung yang Melayang, Bukan Sebuah Kata

1 Juli 2016   20:40 Diperbarui: 1 Juli 2016   20:46 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi, aku berangkat dengan tanpa harapan kemacetan sedikit mereda. Karena bukan hanya tidak logis untuk berharap pada jutaan orang untuk bolos kerja dan libur saja pada hari selasa, tapi ya mana mungkin Jakarta tanpa macet? Ada cahaya, ada macet di Jakarta

Di tengah kemacetan, kebiasaanku adalah mencari hal-hal lucu agar hariku bisa cerah sejak pagi, entah nanti siang atau sore bahkan malam nanti ada yang lucu atau tidak, yang penting pagi-pagi lucu dulu. Namun aku yakin, mencari hal yang lucu di Jakarta ini bukan hal yang sulit tapi juga tidak gampang.

Di tengah perjalananku menuju tempat kerja, aku sedang terlanjur serius mendengarkan lagu, hingga aku terjebak di antara kerumunan mobil-mobil dan berdiam diri pasrah. Dengan gaya sok celingak celinguk khas orang jakarta, aku perhatikan orang-orang yang lewat jalan itu. Ternyata ada dua baris motor yang saling bergantian untuk melewati celah mobil. Dalam hatiku, tak ingin mengikuti mereka, lebih baik aku berdiam sebentar untuk bernafas sebentar sambil memerhatikan sekitar, sambil menikmati kemacetan, sambil menarik nafas, sambil masa bodo dengan klakson motor yang berisik di belakang.

Di tengah keselarasan gerak saling berbagi jalan sempit antar pengendara motor nan harmonis kala itu, terdapat dua bapak yang saling egois dan berebut jalan kecil hanya untuk maju beberapa meter hingga menemukan celah sempit lagi dan berebut lagi. Bagian aneh pagi itu adalah ketika mereka keduanya hampir saling bertubrukan pelan.

Aku melihat mereka saling menatap, walaupun tak melihat bagaimana ekspresi mereka, aku bisa membayangkan wajah mereka saat itu. Dalam imajinasiku yang kurang hidup dan sinematis, mereka sekiranya akan kaget dan menarik seluruh urat muka keatas, setelah itu akan melihat bagian spakbor motor mereka sambil memperhatikan ada tidaknya suara benda pecah atau patah dari motor mereka. Lalu setelah memperhatikan motor, mereka saling bertatapan sambil memicingkan mata sambil berkata-kata dalam hati dengan umpatan yang tergambar pada air mukanya. 

Kumis mereka akan bergerak naik turun dan rasio napas meningkat, diiringi pula gerakan ganti gigi. Semuanya terjadi dalam beberapa detik saja, namun kalau diberikan efek gerakan pelan dengan kamera yang mengitar, ini akan jadi efek film yang lebih seru dan keren dibanding film hollywood.

Kecanggungan sungguh memenuhi ruang udara yang ada di antara kedua bapak bermotor itu. Wajah mereka tegas penuh dengan rasa egois yang meraut kerut paras  mereka. Aku memperhatikan dari sini, sudut sinematis dengan sudut sempurna, dan memperhatikan kecanggungan dan mendengarkan hati mereka yang mungkin mengumpat atau mungkin berdetak kencang memompa adrenalin singkat yang kosong.

Bapak-bapak, kalian mungkin tidak akan tahu telah membuat hari saya sedikit semakin cerah dan ceria mulai dari pagi akibat canggungnya kalian. Saran saja, Pak, kalau besok-besok kejadian seperti itu lagi, cuek saja lah, Jakarta tidak mengenal Anda saat ini, Pak. Hati-hati di jalan dan tetap waspada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun