Mohon tunggu...
Dipananta
Dipananta Mohon Tunggu... Buruh - manusia menulis

belajar untuk menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar untuk Dewi (Terinspirasi Lagu Matraman dari The Upstairs)

2 Agustus 2021   12:20 Diperbarui: 2 Agustus 2021   12:34 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku bersembunyi di kantor polisi yang terletak di seberang. Surat yang kubawa sedikit lecek akibat genggamanku saat menghindari dua pertikaian tersebut. Malamnya, setelah semua perempuan malam telah sibuk dengan pekerjaannya, aku memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki demi menenangkan pikiran.

Entah beruntung atau sial, Jimi, seorang teman kampusku, mendapati aku berjalan nanar di sekitaran Manggarai. Karena tak tega, ia menawarkanku untuk menebeng mobil Fiatnya. Setelah itu, kuceritakanlah semua tentang Dewi dan segala rencana gagalku.

“Kenapa gak lo datengin aja langsung rumahnya, friend?” ujar Jimi.

“Ah, gue sengaja nunggu di situ, supaya bisa nemenin dia pulang. Kalo di rumahnya, gue cuma punya waktu sedikit. Bokapnya konservatif banget, friend. Jam sembilan malem udah kudu pulang. Anjir!”

Jimi terlihat mengerti keresahanku. Aku pun sedikit lebih tenang karena akhirnya ada orang yang mau mendengarkan ceritaku. Keesokan harinya, dengan keahlian spionasenya, Jimi memberikan kabar yang ia dapat dari temannya yang adalah teman dari sepupunya Dewi. Ia memberitahuku kalau kini Dewi sudah tinggal menetap di Bandung. 

Aku terheran dengan bakat spionase Jimi yang bukan hanya mengetahui di kota mana Dewi berada, namun juga alamat lengkap, nomor telepon rumah serta kabar Dewi yang kini mengenakan kacamata yang tak pernah kutahu sebelumnya.

“Nah, sekarang lu telepon aja langsung tuh si Dewi. Lo janjian aja berdua buat ketemuan!” Ide Jimi.

Aku tak mau menyerah pada jarak dan hanya mendengarkan suara Dewi di pesawat telepon, meski aku lebih suka suaranya di sana dibanding saat bertemu langsung. Sontak aku meminjam sepeda Jimi dan meminta ia membantuku untuk membuat lukisan mawar di kanvas. Jimi yang tak tega padaku, tidak hanya meminjamkan sepeda, namun juga rela menemaniku. 

Kami langsung menuju studio lukis yang ada di kampus, namun hanya ada segulungan kanvas tanpa rangka di sana. Akhirnya, kami memutuskan untuk menyelinap ke gudang penyimpanan properti pertunjukan untuk mendapatkan beberapa batang kayu bekas. Ditemani beberapa botol minuman teh, kami mulai melukis sekuntum mawar pada kanvas. 

Warna merah mawar itu tak semerah mawar pada umumnya, karena kami kehabisan cat. Tak apalah, toh kalau Dewi tak kutemukan, mawar ini tidak mati ataupun lecek, pikirku. Setelah selesai melukis, kami langsung menuju Bandung untuk menunaikan semua niatku dengan mobil seorang kawan yang baik hati dan sukses sejak masa kuliah.

Sampailah kami di sebuah rumah di daerah Cisitu. Rumah Dewi berada tepat di seberang rumah kos yang banyak dihuni mahasiswa ITB. Karena terlalu lelah dan melihat waktu yang terlalu pagi, kami memutuskan untuk memarkir mobil dan tidur sebentar di mobil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun