Tujuan Pendudukan Jepang
Invasi Jepang ke wilayah selatan diawali dengan serangan terhadap Armada Amerika di Laut Pasifik pada 7 Desember 1941. Pada hari itu, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbor, Hawaii, yang menjadi titik awal pecahnya Perang Dunia II. Serangan ini memungkinkan Jepang memperluas wilayah kekuasaannya dengan lebih mudah, termasuk di Asia, seperti Indonesia (Alifin, 2014). Strategi ini dirancang untuk melemahkan kekuatan Amerika Serikat di kawasan Asia-Pasifik. Selain memperkuat posisinya, Jepang juga membentuk aliansi dengan Jerman dan Italia, dua negara yang terlibat dalam Perang Dunia II, untuk memperbesar kekuatan mereka secara global.
Jepang memandang Hindia Belanda sebagai target utama di Asia Tenggara karena melimpahnya kekayaan sumber daya tropis, bahan mineral, dan potensi tenaga kerja di wilayah tersebut. Ambisi mereka untuk menguasai wilayah selatan, termasuk Palembang, sejalan dengan rencana besar membangun "Lingkar Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya." Dorongan ultranasionalisme, cita-cita menjadi kekuatan ekonomi global, tekanan ekonomi domestik, serta pengalaman kolonial di kawasan Asia seperti Manchuria dan Indocina ditambah insiden Jembatan Marco Polo dianggap cukup untuk mewujudkan tujuan besar Jepang (Aderoben et al, 2022).
Selama Perang Dunia II, pendudukan Jepang di Asia Tenggara memiliki beberapa tujuan strategis yang signifikan. Salah satu tujuan utamanya adalah membangun imperium yang dikenal sebagai Asia Timur Raya, dengan menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali kekuatan Eropa seperti Belanda, Inggris, dan Prancis. Selain itu, Jepang ingin memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang melimpah di wilayah ini, termasuk minyak bumi, karet, dan mineral, untuk mendukung industri serta kebutuhan militernya (Alinur, 2020). Sebagai contoh, daerah penghasil minyak di Kalimantan dan Sumatera menjadi sasaran utama untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.Â
Pendudukan ini juga bertujuan memperluas pasar bagi produk-produk Jepang, memungkinkan mereka memasarkan hasil industri secara lebih efektif. Dari sudut pandang militer, penguasaan Asia Tenggara memberikan posisi strategis bagi Jepang untuk menghadapi Sekutu, khususnya Amerika Serikat, dengan memperkuat pangkalan militer dan memperluas jangkauan operasional. Selain itu, Jepang berusaha menghapus pengaruh Barat di kawasan ini, menggantinya dengan dominasi Jepang melalui propaganda yang menggambarkan mereka sebagai "saudara" yang membebaskan Asia dari penjajahan Barat.
Strategi yang Digunakan Jepang Dalam Menaklukkan Asia Tenggara
Jepang merupakan salah satu kubu Axis yang ada pada perang dunia II yang terjadi pada periode 1939-1945. Mereka menggunakan salah satu taktik yang digunakan oleh Jerman, yaitu Blitzkrieg atau serangan cepat ke Pearl Harbour yang merupakan wilayah pangkalan Amerika Serikat (Agus Rustamana, 2023). Terdapat dua tahapan yang digunakan Jepang dalam strateginya untuk dapat menguasai banyak negara di Asia Tenggara.
Pada lima bulan pertama setelah pengeboman Pearl Harbour, Jepang memasuki tahapan Offensive Strategy Center yang artinya berusaha menguasai Asia Tenggara dengan menyerang dan melakukan pendudukan di banyak negara seperti Malaysia, Singapura, Burma Filipina, hingga Hindia Belanda. Tahap kedua adalah defensif atau Active Defense Strategy, disini Jepang membuat perimeter defensif terluar untuk melindungi dan mengamankan stabilitas di daerah-daerah yang krusial untuk menjaga keberlangsungan perang mereka di Pasifik, daerah krusial yang dimaksudkan adalah Asia Tenggara (Daffaraihan Adam Bachri, 2023).
Strategi perang darat yang digunakan Jepang ketika menginvasi Asia Tenggara adalah dengan menggunakan Strategi Perang Hutan Amfibi. Strategi ini sangat bergantung kepada kecepatan manuver, dan efek kejutan sebagai contoh serangan malam dengan taktik perang yang agresif. Terdapat salah satu serangan pamungkas yang dimiliki Jepang, yaitu dengan taktik melingkar dan mengisolasi musuh kemudian menghancurkan mereka satu persatu.
Taktik kishu atau serangan malam yang dilakukan jepang hanya dilaksanakan pada pukul 18,00. 24.00. 00.30. dan 02,00. Taktik ini memiliki dua tahapan, yaitu dengan kyoshu atau serangan kejutan yang hanya menggunakan bayonet. Dan tahapan kedua berupa penembusan dengan menggunakan artileri dan tank. Taktik kedua adalah serangan frontal dengan menyerang titik lemah garis pertahanan musuh dengan menggunakan artileri dan tank yang bertugas melindungi infanteri agar pasukan mencapai garis pertahanan musuh. Taktik terakhir adalah dengan memanfaatkan kondisi hutan untuk mengitari posisi pertahanan musuh dan melakukan penyerangan dari posisi samping maupun belakang (Daffaraihan Adam Bachri, 2023).