Mohon tunggu...
Caesar Ibrahim
Caesar Ibrahim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

a Homo Sapiens Sapiens living in the Holocene

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni Prasejarah

25 Februari 2010   13:21 Diperbarui: 4 April 2017   17:52 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seni sebagai salah satu unsur kebudayaan memiliki kaitan erat dengan unsur kebudayaan lainnya, yaitu mata pencaharian, organisasi masyarkat, religi, dan lainnya. Dalam suatu karya seni pasti mengandung nilai keindahan dan memiliki arti didalamnya, juga memiliki teknik tertentu untuk mewujudkannya. Pada dasarnya seni dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :


  • ·Konsep keindahan
  • ·Teknik yang dikembangkan dalam menciptakan keindahan
  • ·Fungsi yang terkandung

Untuk mengamati suatu konsep keindahan kajian filsafat harus diperhatikan, karena konsep keindahan mengacu pada latar belakang kebudayaan yang mendasari terwujudnya unsur estetik pada seni terbebut.

Berbeda dengan teknik seni, pemahaman dapat dilakukan melalui ilmu multi disiplin tergantung pada teknik yang dibahas. Pengetahuan teknik seni dapat diperoleh dengan cara analogi etnografi, ekperimen, keterangan dari sumber tertulis.

Lain lagi dengan kajian fungsi yang memerlukan penafsiran dari ilmu arkeologi, antropologi, maupun sosiologi. Merekonstruksi fungsi suatu karya seni masa lalu tidaklah mudah, diperlukan analisis yang tajam mengingat fungsi seni tersebut sudah tidak dapat diamati secara langsung saat ini.

Pengekspresian seni yang dihasilkan suatu masyarakat ditentukan oleh beberapa faktor:


  • ·Tradisi lama maupun anggapan lama yang telah mengakar menyangkut kemahiran teknik,
  • ·kebutuhan masyarakat itu sendiri,
  • ·keadaan lingkungan dan masyarakat,
  • ·intensitas komunikasi dengan lingkungan dan masyarakat lain.

Seni prasejarah pertama muncul pada masa Berburu dan Mengumpulkan Makan Tingkat Lanjut. Pada masa itu orang membuat lukisan atau goresan pada gua atau ceruk untuk mengekpresikan perasaanya.

Umumnya objek yang digambarkan adalah hewan yang berhubungan dengan aktivitas mereka sehari-hari yaitu berburu. Hal ini dapat memberi suatu penjelasan bahwa melalui seni dibarengi dengan keyakinan pada kekuatan gaib, si pelukis berharap untuk memperoleh hewan buruan. Terlihat pada lukisan babi yang tertusuk mata panah yang ditemukan di Maros, Sulawesi Selatan yang merupakan cerminan dari keyakinan pada kekuatan simpatik-magis. Berbeda dengan lukisan matahari maupun lukisan manusia berkepala hewan yang melambangkan mitos-magis.

Konsep ini muncul karena perasaan takut terkait dengan kekuatan alam disekitar manusia seperti hujan, angin, hewan buas, dan malam yang dianggap sebagai kekuatan jahat. Untuk menghindari kekuatan jahat ini maka mengagungkan hal yang baik seperti matahari yang memberi cahaya, perwujudan gaib yang digambarkan dengan manusia setengah hewan sebagai penguasa alam. Keyakinan inilah yang kemudian memunculkan konsep-konsep religi-magis dan religi-mitos.

Selain karya seni lukis atau gores, adapula seni arca yang tidak hanya berhubungan dengan unsur magis, tetapi lebih meningkat rasa kepercayaan pada nenek moyang. Aktivitas ini ditunjukkan melalui penyembahan patung-patung megalit.

Berdasar dari penampilan patung megalit ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni patung menhir dan arca megalitik.


  • ·Patung menhir merupakan bentuk menhir yang pada bagian atasnya terpahat bentuk muka, sedangkan bagian badan dan kaki masih bentuk batu asli.
  • ·Arca megalitik adalah bentuk menhir yang dipahat lebih nyata, tampak bentuk tubuh seperti muka, tangan, pinggang, dan bagian tubuh lainnya.

Patung-patung menhir antara lain ditemukan di Gunung kidul dan Bada, Sulawesi. Sedangkan arca megalitik ditemukan di Pakauman, Bondowoso, Pasemah, dan Gunung Kidul.

Pada perkembangannya seni masa prasejarah selain mengekspresikan keindahan, juga merupakan perwujudan dari pengalaman, perjuanagan hidup, harapan, serta terkandung nilai-nilai religius didalamnya. Disini karya seni juga memiliki kekuatan batin dan dasar kepercayaan, sehingga penampilan karya seni tidak hanya sebagai seni belaka tetapi melambangkan makna yang terkandung didalamnya. Sebab hampir seluruh seni prasejarah mengandung unsur magis yang melindungi, memberi kekuatan dan kesejahteraan bagi para pemujanya.

Daftar Pustaka


  • Estetika dalam Arkeologi Indonesia
  • Art in Indonesia
  • Indonesische Siermotieven; Indonesia: Ragam-ragam Hias Indonesia
  • Sejarah Nasional Indonesia; Jilid I
  • Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII; “Seni Rupa dan Dinamikanya Dalam Kehidupan Pra-Hindu”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun