[caption id="attachment_318421" align="aligncenter" width="224" caption="www.temukolese.com"][/caption]
Hari Pertama:
Saat pertama kali tiba di Seminari Mertoyudan, saya merasa canggung dan bingung. Banyak teman-teman sebaya yang berasal dari kolese lain yang telah berada di Seminari terlebih dahulu. Maka kemanapun saya pergi, pasti saya mencari teman dari Loyola karena belum terbiasa dengan situasi baru.Â
Saya dan teman-teman berusaha beradaptasi dengan situasi ini. Mulai dari berkenalan, tersenyum, sampai menyapa teman dari kolese lain. Usaha ini mulai pada saat berkumpul dan berkenalan bersama teman sekoloni futsal putri.
Kebanyakan kenalan saya di hari pertama ini berasal dari futsal putri sendiri. Saya belum berani untuk berkenalan dengan yang lain, apalagi siswa laki-laki dari kolese lainnya. Awalnya saya minder karena ada perbedaan yang sangat mencolok dari siswi Loyola dan Gonzaga, yaitu logat bicara, bahasa, penampilan, dan tata krama.
Hari Kedua:
Setelah melewati hari pertama, saya dan teman-teman berusaha lebih terbuka untuk berkenalan dengan yang lain karena tujuan tekol sendiri adalah membangun relasi antar kolese. Kami pun mulai berkenalan dan mengobrol dengan yang lain. Rasa canggung juga sedikit memudar karena sudah banyak mengenal orang sekitar.
Pada hari kedua ini peserta tekol diajarkan untuk membangun kepedulian terhadap sesama. Kepedulian merupakan bentuk dari perhatian kita terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Dalam tekol ini semua peserta diasah kepeduliannya sehingga dapat berkembang dengan baik. Sebenarnya hal ini bisa dilakukan dengan baik, tetapi masih ada hambatan berupa keegoisan dari setiap individu.
Tim futsal putri sudah mulai bertanding pada hari kedua. Dalam pertandingan kita diajarkan untuk bekerjasama, merancang strategi, dan menaruh kepercayaan terhadap teman. Selain itu rasa kepedulian juga dapat diwujudkan dengan cara menolong teman yang jatuh dan terluka saat perandingan berlangsung. Untuk mengembangkan kepedulianku, niatku selanjutnya ialah lebih peduli terhadap orang lain walaupun belum terlalu kenal.
Hari Ketiga:
Semakin lama berkumpul dengan teman baru, maka semakin kenal pula dengan pribadi masing-masing. Saya jadi lebih tahu tentang kebudayaan mereka yang jelas berbeda dengan kebudayaan yang saya miliki. Apalagi sifat tiap orang yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan keberagaman di dalam tekol ini,
Awalnya sempat minder dan mengira akan terjadi kesenjangan sosial dalam pergaulan di tekol ini. Tetapi setelah diberi pengantar dan refleksi tentang keberagaman, saya jadi lebih bisa menghargai semua keberagaman itu sebagai hal yang wajar ada di sekitar kita. Setelah lebih menghargai, perasaan canggung saya hilang perlahan karena mulai nyaman dengan keberagaman yang ada.
Walaupun begitu masih ada juga hambatan dalam menghargai keberagaman, yaitu rasa bangga terhadap segala kepunyaannya sendiri. Tiap orang pasti memiliki rasa bangga tersebut, tetapi akan tidak baik apabila porsinya berlebihan. Hal ini harus diminimalkan supaya tidak terjadi suatu konflik. Dengan demikian, niat baru yang saya buat ialah lebih memahami keberagaman sebagai hal yang indah dan selalu bekerjasama untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.
Keberagaman dalam temu kolese 2011 ini tampak jelas pada saat malam kesenian yang diadakan rabu malam. Setiap kolese menampilkan sebuah pertunjukan yang berbeda-beda. Ada yang menyuguhkan band, atraksi kuda lumping, modern dance, perkusi, cheerleader, dan sebagainya. Walaupun berbeda-beda, pengisi acara malam kesenian bersatu dan bekerjasama untuk menyajikan suatu acara yang menghibur seluruh peserta tekol.
Kebetulan saya ikut terlibat di acara malam kesenian. Di belakang panggung, saya mendapat banyak kenalan baru. Setiap pengisi acara yang akan tampil pun diberi dukungan oleh teman-teman lain yang ada di belakang panggung. Hal ini menunjukan bahwa keberagaman jangan dipandang dari segi negatif, tetapi dari segi positifnya.
Hari Keempat:
Setelah 3 hari mengikuti serangkaian acara dalam temu kolese, akhirnya tibalah hari terakhir dimana kita semua harus berpisah dan melanjutkan studi di kolese masing-masing. Maka dari itu pada hari terakhir ini seluruh peserta berusaha memanfaatkannya sebaik mungkin untuk berkenalan lagi maupun bertukar cinderamata. Hal ini sungguh menarik, mengingat pada awalnya kita semua saling canggung.
Seluruh peserta mengikuti misa penutup, dimana kostum keberagaman digunakan. Dari situ terlihat bahwa keberagaman yang indah dan patut dihargai tersebut harus dimanfaatkan secara baik. Pemanfaatan itu berupa tujuan dan kepentingan bersama untuk membangun dunia menjadi lebih baik lagi.Â
Setelah semua acara temu kolese selesai, semua berberes dan bersiap untuk meninggalkan Seminari. Seluruh peserta terlihat bersedih karena mereka harus berpisah dengan teman baru. Walaupun demikian, kami semua tidak akan melupakan tujuan dari acara tekol ini.
Dengan keberagaman dan semangat dalam kebersamaan, kita semua dapat bersatu dan berusaha menjadikan segalanya lebih baik. Berusaha bersama-sama pastinya akan menjadi lebih seru dan ringan daripada individual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H