Pada suatu hari, diadakan sebuah turnamen besar yang dinamakan “Hunting Game” bagi para siswa di sebuah akademi. Turnamen yang diadakan setiap 100 tahun sekali ini sangat dinanti-nanti karena hadiah bagi pemenang adalah penghargaan tertinggi di akademi yang akan dikenang seluruh siswa sampai beratus-ratus tahun lamanya. Sang pendiri akademi yang juga pencetus diadakannya turnamen memberikan syarat khusus bagi peserta yang akan mengikutinya, yaitu berpasang-pasangan, harus kuat mental dan fisik, serta kreatif dan inovatif karena mereka akan masuk ke sebuah wilayah yang dirahasiakan dan harus keluar dari situ secepat mungkin. Selain itu, mereka juga akan dihadapkan pada berbagai rintangan yang menuntut mereka untuk memutar otak sehingga dapat bertahan hidup. Siswa yang mendaftar turnamen ini sangatlah banyak, namun hanya sedikit yang memenuhi persyaratan dari pendiri akademi.
Tibalah hari dimana turnamen dimulai. Para siswa yang berpasang-pasangan dikumpulkan dalam sebuah ruangan tertutup untuk persiapan. Pendiri akademi memberitahukan sebuah wilayah dimana mereka akan masuk dan berjuang untuk menjadi pemenang. Wilayah tersebut ialah sebuah hutan katulistiwa yang sangat luas dan beragam variasi tumbuhan dan hewannya. Banyak pohon tinggi dan lebat, serta hewan liar yang siap menerkam manusia. Dari beberapa pasang peserta, ada 5 pasang yang mengundurkan diri karena tahu wilayah yang akan digunakan. Hanya tinggal 12 pasangan yang sungguh siap dan berani menghadapi segala tantangan demi memenangkan turnamen.
Raka dan Celia adalah sepasang peserta turnamen yang memenuhi persyaratan dan lolos bersama beberapa pasangan lainnya. Mereka sangatlah yakin dan percaya pada kemampuan yang dimilikkinya. Setiap pasangan berhak meminta sebuah alat untuk bekal memasuki hutan katulistiwa. Setelah berunding beberapa saat, Raka dan Celia memilih sebuah pisau yang sangat tajam dengan ukuran sedang. Pasangan lain pun juga memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta alat yang akan dibawa. Ada yang meminta pisau, gergaji, senjata api, dan lain-lain. Sebelum berangkat, pendiri akademi berkata,
“Wahai para pejuang, kalian boleh melakukan apapun untuk keluar dari hutan itu, termasuk membunuh temanmu. Maka berhati-hatilah! Saya percaya sepenuhnya pada kalian.”
Akhirnya para peserta berangkat memasuki hutan. Mereka cukup kaget dengan situasi hutan tersebut. Demikian pula dengan Raka dan Celia. Meskipun cukup terkejut, mereka tetap mencoba untuk memahami dan beradaptasi dengan kondisi yang ada demi bisa menjadi pemenang dalam turnamen ini. Raka berjalan memimpin di depan dan Celia mengikuti di belakangnya. Dengan pisau tajamnya, Raka memotong dedaunan yang menutupi jalan dan menembus hutan. Setelah beberapa lama di dalam hutan, mereka jadi terbiasa. Karena sinar matahari yang menembus hutan sangat sedikit dan hari mulai gelap, mereka berjalan semakin cepat supaya dapat cepat pula keluar dari hutan.
Tak lama kemudian, tiba-tiba langkah mereka terhenti. Dua ekor singa yang mengaum kelaparan terlihat dari kejauhan. Mereka sangat ketakutan dan ingin sekali menyelamatkan diri, namun tak tahu apa yang harus dilakukan. Setelah berpikir, akhirnya mereka memutuskan untuk menyamar dengan daun-daun yang ada di sekeliling karena apabila melarikan diri, singa tersebut akan terus mengejar. Daun-daun dipotong dengan pisau dengan perlahan supaya tidak menimbulkan suara dan mereka pun bersembunyi layaknya tentara yang sembunyi dari musuhnya di medan perang. Beberapa menit kemudian, singa-singa itu melihat seekor rusa yang lewat tidak jauh darinya. Singa pun berlari mengejar rusa dan meninggalkan Raka dan Celia. Penyamaran berhasil, mereka berdua sangatlah senang dan semakin semangat melanjutkan perjalanan mencari jalan keluar dari hutan.
Rintangan yang dihadapi di dalam hutan tidak berhenti sampai disitu. Setelah melanjutkan perjalanan lagi, Raka dan Celia menemukan sebuah sungai yang sangat lebar dan aliran airnya sangat deras. Tiba-tiba terdengar suara pendiri akademi dari langit. Beliau berkata,
“Hai anak-anakku, kalian harus menyebrangi sungai itu bagaimanapun caranya. Aku memperbolehkan kalian meminta satu alat lagi sebagai bekal. Silahkan meminta apapun. Namun ingat, bergegaslah karena hari semakin gelap!”
Raka pun meminta sebuah tali yang cukup kuat dan panjang dan akhirnya diberikan. Mereka harus memutar otak kembali untuk mendapatkan cara supaya dapat menyebrang sungai.
Sempat terlintas ide untuk membuat sampan dari batang pohon, namun waktu yang dibutuhkan sangat lama. Pada akhirnya Celia menemukan sebuah ide yang cukup cemerlang. Ia meminta Raka untuk mencari dan menebang batang pohon pisang secepat mungkin. Setelah batang pisang diperoleh, mereka berdua mengikatkan diri pada batang itu dan masuk ke sungai. Awalnya mereka berniat untuk berenang sampai di seberang sungai, namun arus terlalu deras sehingga mereka hanyut beberapa meter sampai akhirnya mereka terdampar di seberang sungai.
Hari sudah malam, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk beristirahat di pinggir sungai karena kelelahan berenang-renang terseret arus sungai tadi. Saat beristirahat dan mengeringkan baju, tiba-tiba terdengar suara pendiri akademi dari langit. Beliau berkata,
“Selamat! Kalian telah berhasil menyebrangi sungai. Sebentar lagi kalian akan menemui jalan keluar, tetapi hati-hati karena kalian bisa tersesat. Carilah peta yang telah dibuat oleh peserta turnamen 100 tahun lalu dan ikuti petunjuk yang ada!”
Mendengar perkataan itu, Raka dan Celia pun semangat kembali karena sudah mendekati jalan keluar. Mereka berdua mencari peta di daratan sekitar sungai dengan alasan bahwa pembuat peta pasti akan membuat peta sambil beristirahat setelah menyebrang sungai. Malam semakin larut, tetapi mereka tidak menemukan peta yang dimaksud. Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti dan tidur di dekat sebuah batu besar.
Keesokan paginya, Celia bangun terlebih dahulu dan kemudian membangunkan Raka. Mereka mencuci muka dengan air sungai dan bersiap-siap mencari peta lagi. Tetapi tiba-tiba Raka berteriak senang dan memanggil Celia. Ternyata ia menemukan peta jalan keluar dari hutan yang terukir pada batu besar, dekat tempat mereka beristirahat. Pantas saja kemarin malam mereka tidak sadar bahwa batu tersebut terukir peta hutan karena penerangan yang memang sangat kurang.
Dengan bantuan peta hutan tersebut, Raka dan Celia bisa menemukan jalan keluar dari hutan yang tertutup oleh pohon-pohon besar. Mereka berlari secepat mungkin keluar dari hutan itu sambil bergandeng tangan supaya tidak ada yang tertinggal. Sesampainya di luar hutan, mereka bertemu dengan pendiri akademi dan teman-teman lain yang tidak mengikuti turnamen. Ternyata Raka dan Celia berhasil menjadi peserta yang keluar dari hutan pertama kali. Merek pun mendapat penghargaan tertinggi dan diberi ucapan selamat dari seluruh siswa dan guru di akademi, termasuk pendiri akademi. Mereka berdua sangat senang dengan prestasi yang telah dicapai ini.
Lewat turnamen ini dapat dipetik sebuah pelajaran yang berguna bagi kehidupan, yaitu diperlukannya pengorbanan dan keberanian untuk memperoleh sebuah prestasi yang dicitak-citakan. Seperti halnya Raka dan Celia, mereka tidak menyerah dalam menghadapi kondisi dan tantangan yang diberikan. Mereka selalu berpikir dan mencari cara untuk menyelesaikan semua masalah, bukannya malah lari meninggalkan masalah. Apabila pengorbanan sudah dilakukan, niscaya apa yang kita cita-citakan bisa kita peroleh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H