Mohon tunggu...
KKN KELOMPOK 025 DESA LOJEJER
KKN KELOMPOK 025 DESA LOJEJER Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Sosok unik yang diberi nafas kehidupan oleh Tuhan untuk selalu berusaha memanfaatkan segala kesempatan yang datang menghampiri. Menyukai hal baik yang berenergi positif dan yang lekat dengan seni maupun dunia aksara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Kolaboratif Kelompok 025: Mengenal Lebih Dekat Profil Beserta Potensi Desa Lojejer

23 Juli 2023   21:22 Diperbarui: 23 Juli 2023   22:00 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaboratif merupakan program yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Jember dan melibatkan 3500 mahasiswa dari 18 Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta, diantaranya 16 Perguruan Tinggi se-Kabupaten Jember dan 2 Perguruan Tinggi dari luar Kabupaten Jember dengan berbagai disiplin ilmu. Pada umumnya, pelaksanaan KKN Kolaboratif berlangsung selama 40 hari pada desa di wilayah kabupaten Jember. Dalam pelaksanaan KKN Kolaboratif periode 2 tahun 2023 terdapat 246 kelompok yang ditugaskan di desa se-Kabupaten Jember. Salah satunya kelompok 025 yang ditempatkan di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. 

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat untuk membangun desa dan meningkatkan taraf kesejahteraan warga desa Jember. Kegiatan ini juga dilakukan sekaligus mengasah kemampuan mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat dan menerapkan ilmu yang telah diterima selama menjalankan perkuliahan di universitasnya masing-masing. Keberadaan mahasiswa diharap dapat menarik minat warga desa untuk bergerak menjadi lebih kreatif dan inovatif  dengan menggali dan mengolah potensi sumber daya yang terdapat di desa, sehingga dapat membantu kesejahteraan warga desa, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, wisata, dan bidang lainnya.

Desa Lojejer merupakan wilayah agraris yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, baik secara individu maupun kelompok yang terbentuk dalam kelompok tani. Desa ini dipimpin oleh Bapak M. Sholeh, S.H., M.Si, dan terdapat 3 dusun  yaitu krajan, sulakdoro, serta  kepel yang terdiri dari 12 RW dan 121 RT. 

Jumlah penduduk desa Lojejer berkisar 22.000 jiwa. Di samping itu, Desa Lojejer memiliki perbatasan wilayah yang diantaranya, sebelah utara berbatasan dengan Desa Tamansari, kemudian sebelah barat berbatasan dengan Desa Puger Wetan, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Ampel, serta di sebelah selatan desa terdapat laut yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Dengan keindahannya, Desa Lojejer memiliki beberapa potensi menarik, termasuk di bidang pariwisata seperti Gua Sodong, Gua Marjan, Gua Lowo, Gua Watangan, Gunung Manggar, Air Terjun Maelang, dan yang paling terkenal yaitu Pantai Papuma.

Selain bergerak di sektor pertanian, penduduk desa juga bersandar pada UMKM, diantaranya produksi tahu, tempe, gula merah, genteng, dan pengolahan bekicot. Di wilayah Desa Lojejer terdapat perkebunan kelapa yang luas dan didukung dengan tanah yang subur serta cuaca baik untuk dijadikan lahan perkebunan, hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mengembangkan usaha gula merah yang kini menjadi sentra produksi Desa Lojejer. Untuk mengetahui secara rinci terkait gula merah sebagai produk primadona di Desa Lojejer, mahasiswa KKN mengunjungi tempat produksi bersama Bapak Rumilang selaku Ketua RW 01 Dusun Krajan. 

Mahasiswa KKN berkomunikasi secara langsung dengan beberapa pemilik usaha gula merah dan menggali informasi mengenai proses pembuatan hingga pemasaran produk. Di desa Lojejer diproduksi 2 jenis gula merah yaitu gula merah yang dibuat dari sari pohon kelapa asli dan gula merah yang dibuat dari campuran sari pohon kelapa dan gula putih. Menurut narasumber, proses pembuatan gula merah asli membutuhkan waktu yang lebih lama daripada gula merah campuran dimana pembuatan gula merah asli membutuhkan waktu 5 jam hingga proses pencetakan sedangkan untuk pembuatan gula merah campuran hanya membutuhkan waktu 1 jam. 

Hasil akhir kedua jenis gula merah pun memiliki perbedaan pada rasa, tekstur, warna, dan harga. Gula merah yang asli tanpa campuran gula putih memiliki rasa yang lebih pekat, tekstur yang lebih lunak dan mudah hancur, warna lebih buram, dan harga yang lebih mahal.

Sedangkan pada gula merah campuran memiliki rasa yang lebih samar, tekstur yang lebih keras, warnanya lebih bersih, dan harga yang ekonomis. Waktu penyimpanan kedua jenis gula merah juga berbeda. Dimana pada gula merah asli dapat bertahan maksimal selama 1 bulan, sedangkan gula merah campuran dapat bertahan lebih dari 1 bulan. Untuk pemasaran gula merah asli hanya berputar di daerah Desa Lojejer sedangkan untuk gula merah campuran sudah meluas hingga ke luar pulau Jawa seperti Bali dan Kalimantan. Hal ini berpengaruh dalam meningkatkan perekonomian warga desa dan menjadikan desa lebih maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun