Mohon tunggu...
Erica Rosaline
Erica Rosaline Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Jadikan Demokrasi Hanya Sebagai Slogan Semata!

3 November 2016   19:16 Diperbarui: 3 November 2016   19:21 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pemilu.com

Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses pergantian kekuasaansecara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yangdigariskan konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengankonstitusi antara lain prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatanrakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap warga negara berhak ikut aktif dalamsetiap proses pengambilan keputusan kenegaraan. 

Dari prinsip-prinsip pemilutersebut dapat kita pahami bahwa pemilu merupakan kegiatan politik yang sangatpenting dalam proses penyelenggaraan kekuasaan dalam sebuah negara yangmenganut prinsip-prinsip demokrasi. Tetapi, masih banyak juga warga negara yangtidak ikut aktif menggunakan hak pilihnya dengan benar. Banyak warga negara yanggolput. Apakah golput itu?

Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Makna inti dari kata golput adalahtidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan. Mulanyagolput adalah sebuah gerakan moral yang dicetuskan pada 3 Juni 1971 di BalaiBudaya Jakarta. Gerakan ini dipelopori oleh Angkatan 66 diantaranya, AriefBudiman, Julius Usman, dan Imam Waluyo. Golongan ini mengajak masyarakat untukmencoblos bagian putih dari kertas suara pemilu. Dari situlah mulai lahirnyagolput di Indonesia.

Pemilu pertama  di Indonesia adalah pada tahun 1955, meskipun pemilu pada saatitu dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling demokratis, pemilu inidilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif. Hal itu dikarenakanbeberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam / Tentara IslamIndonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo.

Pemilu di Indonesia terus berlangsung hingga sekarang. Banyak kepemimpinan baru yangmuncul di Indonesia karena pemilu itu sendiri. Namun tak selamanya pemiluberjalan lancar. Hingga saat ini banyak permasalahan yang menjadi kendala darijalannya pemilu. Golput adalah salah satu kendala terbesarnya. Banyak sumbermenyebutkan bahwa presentase golput terus meningkat dari tahun ke tahun hingga2016 ini. Bahkan pernah terjadi dari 26 pemilu kepala daerah tingkat provinsiyang berlangsung sejak 2005 hingga 2008, 13 pemilu gubernur tersebutdimenangkan oleh golput.

Kita harus prihatin akan adanya golput, jika nanti pemilu dimenangkan oleh golputartinya jumlah dukungan suara bagi pemenang pemilu kalah dibanding jumlahpemilih yang tidak menggunakan hak pilih. Seharusnya rakyat bersyukur karenasudah diberi kesempatan berperan dalam pemilihan umum, karena rakyat secararasional bisa menetukan pilihan poltiknya sendiri. Tetapi mengapa masyarakatterjebak dalam dinamika golput? Apakah golput bisa dijadikan solusi pembangunansebuah negara? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Partisipasi dalam pemilumerupakan salah satu saran dalam menuju pembangunan, termasuk pembangunanpemerintahan agar sistem pemerintahan bisa berjalan dengan efektif.

Memang benar, mengambil sikap golput di Indonesia tidak ada  konsekuensihukumnya, karena golput merupakan hak konstitusional manusia yang dilindungioleh UUD 1945 Pasal 28E Ayat 2 dimana, "Setiap orang berhak atas kebebasanmeyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hatinuraninya". Namun, maukah kita dipimpin oleh seseorang yang salah?Seseorang yang tidak bisa menjadikan dirinya sebagai panutan di negara kita?

Solusi dari semua itu adalah suara kita sendiri. Suara kita sangat menentukan masadepan negara kita. Bukan hanya diri kita sendiri saja yang mendapatkan manfaatbila kita menggunakan hak pilih kita dengan benar, namun ada banyak manfaatyang berguna bagi orang lain. Kesejahteraan warga negara Indonesia juga bisadijunjung tinggi dengan penggunaan hak pilih kita dalam pemilu. Maka dari itu,mulai sekarang mari bersama-sama bertanggung jawab akan negara kita untukmenuju pembangunan yang besar dengan cara turut berpartisipasi dalam pemilu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun