Mohon tunggu...
kamarul arifin
kamarul arifin Mohon Tunggu... -

aku adalah seorang pemimpi kecil yg berangan tuk merubah nasibnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Slank yang Menyatukan Kita

3 Juni 2014   17:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Disuatu kampus swasta terbesar di Kota Malang sedang mengadakan penerimaan mahasiswa baru. Ada seorang mahasiswa baru yang berasal dari sebuah pulau kecil di Indonesia. Ia adalah seorang penggemar group band besar di Indonesia yang beraliran Rock, yaitu SLANK. Mahasiswa tersebut bernama “Camar”. Camar adalah mahasiswa baru jurusan Fisioterapi yang merupakan angkatan pertama. Ia sangat bangga menjadi bagian dari kampusnya yang merupakan impiannya sejak di bangku SMA. Sebagai mahasiswa baru Camar harus mengikuti semua kegiatan pra-kuliah yang diadakan oleh Universitas.

Diantara kegiatan pra-kuliah yang harus diikuti adalah PESMABA (Pekan Studi Mahasiswa Baru) atau yang sering dikenal dengan nama Ospek. Hari pertama PESMABA seluruh Mahasiswa Baru (MaBa) yang tergabung dalam Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) dikumpulkan dalam satu ruang auditorium. Camar yang pada saat itu ikut hadir berkumpul bersama para MaBa lainnya tanpa sengaja melihat seorang gadis yang chubby. Ia memperhatikan gadis itu dan ia berkata dalam hati “begitu cantik dan manis gadis itu”. Pada saat itu Camar langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, ia terpesona akan senyuman gadis itu.

Para MaBa kemudian dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari berbagai Jurusan dalam satu Fakultas. Sejak bertemu gadis chubby itu pikiran Camar terfokus pada gadis itu, ia sibuk menrawang mencari gadis chubby tersebut dan tidak memperhatikan perintah dair para seniornya. Dia berharap gadis itu akan satu kelompok dengannya sayangnya tidak, diantara teman satu kelompoknya tidak ada gadis itu begitu juga dengan kelompok disebelahnya tidak dapat ia menemukan gadis itu. Setelah puas ia mengedarkan pandangannya mencari gadis itu yang tetap saja tidak terlihat akhirnya ia hanya bisa berharap gadis itu mengambil jurusan yang sama dengannya.

Setelah semua kelompok berkumpul dengan anggota serta kakak pembimbingnya senior lainnya membacakan peraturan serta kegiatan yang akan dilakukan sepekan kedepan. Kemudian setelah semua persiapan selesai semua MaBa diminta berkumpul dalam satu jurusan diruangan masing-masing jurusan yang telah dipersiapkan. Camar kembali punya harapan untuk bertemu dengan gadis yang telah ‘mengacaukan’ fikirannya. Ia mulai melabarkan pandangannya memperhtikan setiap MaBa perempuan berharap ada gadis incarannya diantara mereka. Sayang, diantara MaBa perempuan yang satu jurusan ia tidak menemukan gadis incarannya.

Selama PESMABA Camar masih terus penasaran dengan Gadis chubby yang telah membuatnya mabuk kepayang. Sewaktu kegiatan PESMABA berlangsung ia terus mencuri-curi pandang mencari gadis itu. Hingga tiba waktu untuk senior memeriksa perlengkapan dan atribut para peserta PESMABA, sampai pada giliran Camar untuk diperiksa. Camar yang masih sibuk mencari-cari gadis chubby itu, tenang-tenang saja merasa perlengkapan dan atribut yang ia pakai telah lengkap. Saat sang senior memeriksa ikat pinggangnya ia kena marah. Lalu dengan polos ia bertanya “kenapa, apa salah saya?” sang senior geram dan berkata “kamu nanya apa salahmu” dengan polos ia balik menjawab “iya apa salah saya, saya sudah pakai ikat pinggang dan warnanya hitam” sang senior mula kesal dengan nada tinggi ia berkata “benar kamung memang sudah pakai ikat pinggang dan warnanya hitam, tapi kenapa didepannya ada logo SLANK?” dengan agak kesal Camar menggerutu “dasar jiwa-jiwa dangdut ada logo SLANK aja kena marah, emang kenapa dengan SLANK?” sialnya ternyata sang senior mendengar perkataan Camar, ia yang dari tadi sudah kesal kemudian tambah marah dan menghukum si Camar.

Hingga acara kegiatan PESMABA berakhir Camar belum pernah melihat gadis itu lagi. Namun ia masih berharap akan bisa bertemu dengan gadis itu lagi. Setelah kegiatan PESMABA kegiatan perkuliahan masih diliburkan selama sepekan untuk istitahat dahulu. Selama perkuliahan belum dimulai Camar merasa resah terus memikirkan gadis itu, selama sepekan pula ia terus terbayang-bayang gadis itu dan terus berharap bisa bertemu dengannya lagi.

Kurang sehari perkuliahan di mulai camar semakin resah dan malamnya tdak bisa tidur nyenyak dihantui rasa penasaran pada gadis itu, ia sangat berharap gadis itu saut jurusan dengannya dan satu kelas dengannya. Tetapi paginya Camar bangun sangat pagi lebih pagi dari hari-hari sebelumnya. Setelah mandi ia langsung berpakaian rapi serta wangi dan kemudian langsung memacu motornya ke Kampus dengan perasaan yang bermacam-macam.

Setiba di Kampus Camar langsung mencoba mencari si gadis chubby, setelah celingak-celinguk ia tak knjung menemukan gadis itu akhirnya ia memutuskan untuk langsung masuk kelas dan duduk. Tak lama setelah ia duduk tiba-tiba seorang MaBa perempuan dan dua temannya duduk di sebelahnya, salah satu diantara tiga MaBa perempuan itu adalah si gadis chubby dan gadis itu duduk tepat disebelah Camar. Bukan main perasaan Si Camar, gadis yang selama ini diimpikan dengan sendirinya datang dan duduk disebelahnya.

Dengan mengumpulkan seluruh tenaganya untuk menahan gejolak hatinya yang tak menentu Camar mencoba memberanikan diri tuk berkenalan dengan Si Gadis Chubby. Dengan senyum manis yang membuat lesung pipit terukir diwajahnya Si Gadis menyebutkan namanya “Vany” kemudian Camar menanyakan asalnya, Vany menjawab “Medan” (dengan logat khas Medannya). Hanya cukup sampai disitu Camar tak bisa melontarkan pertanyaan lagi.

Dosen yang ditunggu oleh para Mahasiswa belum tiba, akhirnya para Mahasiswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri mulai dari saling berkenalan, main gadget, dsb. Camar sebenarnya ingin tahu lebih banyak tentang Vany tetapi ia tidak tahu untuk memulai percakapan dari mana. Tiba-tiba ia mendengar Vany bernyanyi kecil sebuah lagu dari band favoritnya lagu SLANK. Dari situ ia punya ide untuk membuka pembicaraan, ia menegur Vany “Van nyanyi lagunya SLANK, suka SLANK yach?” dijawab oleh Vany “aku Slanky (sebutan untuk fans perempuan dari SLANK)” Camar pun membalas “bener? Sama dong aku juga Slankers (sebutan untuk fans pria dari SLANK)”, percakapan pun berlanjut hingga dosen tiba.

Sampai waktu pulang Camar terus senyum-senyum sendiri dan terus terbayang-bayang wajah Vany. Sampai di kostnya ia masih senyum sendiri sambil berkhayal tentang Vany. Ia terus berfikir bagaimana caranya agar dirinya terlihat spesial dimata Vany, akhirnya ia memutuskan untuk membuat panggilan sayang tanpa harus membuat Vany merasa risih dan tidak menjadi perhatian teman lainnya. Ia terus mencari panggilan apa yang tepat, tiba-tiba ia mendapat ide, berhubung Vany berasal dari Medan akhirnya Camar memanggilnya “Butet” sebagai panggilan sayang. Vany pun tidak merasa keberatan dengan panggilan itu walau ia tidak alasan sebenarnya mengapa Camar memanggilnya Butet, ia hanya berfikir karena dirinya orang Medan dan ia balik memanggil Camar dengan panggilan “ucok”, camar semakin mendapat panggilan spesial.

Hari-hari berikutnya Camar dan Vany makin akrab dan semakin dekat namun Camar tak keberanian untuk mnyampaikan isi hatinya. Setiap hari ia memendam rasa karena ia merasa tidak ada momen yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Hingga ia tahu bahwa SLANK akan meluncurkan film dalam waktu dekat, mendengar berita tersebut ia sangat senang, senangnya berlipat ganda yang pertama sebagai seorang Slanker ia bangga kisah dari band favoritnya diangkat dalam sebuah film layar lebar dan yang kedua tentunya ia bisa mengajak Vany untuk nonton bareng. Setelah mendengar berita tersebut besoknya ia mengumpulkan segenap tenaganya untuk memberanikan diri mengajak Vany nonton Film “SLANK Nggak Ada Matinya”. Gayung pun bersambut Vany yang seorang Slanky sangat senang diajak nonton film dari SLANK, film yang memuat tentang kisah band favoritnya.

Tiba waktu untuk menonton film yang akan ditonton dua sejoli itu pun berngkat menuju bioskop. Dalam perjalanan Camar tak bisa berkata-kata banyak ia hanya bisa sedikit basa-basi. Tiba di bioskop mereka pun mulai bersiap untuk menyaksikan film SLANK Nggak Ada Matinya, kemudian film pun diputar Vany pun menonton dengan sangat antusias berbeda dengan Camar yang konsentrasinya terpecah ia tidak dapat fokus pada film. Hingga film hampir selesai terus sibuk dengan gejolak hatinya sendiri dan akhirnya film pun slesai. Usai menonton mereka memutuskan untuk langsung pulang sesuai dengan lagu SLANK disetiap akhir konsernya. Namun ditengah perjalanan pulang Camar tidak mau membuang kesempatan ia memacu sepedanya agak cepat lalu teriak “Vany ... I Love You !” dan Vany pun membalas “I Love You Too”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun