Mohon tunggu...
kamarul arifin
kamarul arifin Mohon Tunggu... -

aku adalah seorang pemimpi kecil yg berangan tuk merubah nasibnya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Matahari di Bulan Desember

24 Desember 2014   15:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:34 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi ini sedikit mendung,

Membuat matahari enggan untuk beranjak dari peraduannya

Namun ia tetap harus bangun.

Dengan sedikit rasa malas ia mencoba terbit,

Ia tampak malu-malu dan bersembunyi dibalik awan kelabu

Entah mengapa?

Mungkin ia sedang jatuh cinta, atau cemburu pada hujan

Awan yang sedari tadigundah nampak semakin gelap

Sepertinya sebentar lagi ia akan menangis

Tapi, ia mencoba menahan air itu

Untuk beberapa saat mungkin itu berhasil

Namun tanpa sadar perlahan air itu mulai berjatuhan

Setetes demi setetes

Sebelum kemudian ia benar-benar menumpahkan seluruh air itu

Setelah awan puas menumpahkan segala perasaannya

Matahari datang dengan perasaannya yang berbeda

Ia nampak begitu cerah, stelah hujan itu meredah

Dan entah darimana

Tujuh warna yang berbeda berbaris dan melengkung indah

Matahari pun berkata pada awan “lihat itu, ...pelangi”

Awanpun kini nampak putih, bersih, dan begitu lembut

Lepas semua beban yang sedari tadi membuatnya risau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun