Selamat siang dan selamat beraktifitas rekan-rekan Kompasianer.
Terima kasih kepada Kompasiana yang telah menjadi wahana untuk menuangkan pengalaman, saran, gagasan, ide ataupun segala bentuk ulasan secara bebas demi kemajuan bangsa. Ini adalah tulisan pertama saya sejak bergabung dengan Kompasiana beberapa waktu yang lalu. Saya telah banyak mendengar tentang Kompasiana, tetapi baru saat ini berkesempatan untuk menuangkan pengalaman bagi Kompasianers.
Pada kesempatan ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya mengikuti pendidikan di Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu. Walaupun saya bukan orang yang pertama ikut pendidikan disana tetapi saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman yang sangat berharga bagi diri saya, dan mudah-mudahan juga bagi para pembaca sekalian.
Tahun lalu tepatnya tanggal 21 Januari - 7 Agustus 2013, saya mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan Maneuver Captains Career Course (MCCC) di Fort Benning Amerika Serikat. Pendidikan tersebut merupakan pendidikan lanjutan bagi para Perwira AD Amerika Serikat. Program pendidikan tersebut merupakan kerjasama militer antara TNI AD dengan US Army yang diselenggarakan setiap tahun.
Merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa berkesempatan mengikuti pendidikan tersebut. Dari beberapa kandidat yang mengikuti seleksi, akhirnya saya bisa terpilih dan mengikuti pendidikan tersebut. Terlebih lagi beberapa Tokoh Nasional juga pernah mengikuti pendidikan yang sama, yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wamenhan Letjen TNI (Purn) Syafrie Syamsuddin, Alm. Letjen TNI (Purn) Agus Wirahadi Kusuma serta Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono Putra Presiden SBY.
Walaupun saya pernah beberapa kali melaksanakan tugas ke luar negeri tetapi pendidikan ini terasa sangat berbeda. Disamping bangga saya juga merasa agak kurang percaya diri dan memiliki beban untuk bisa melaksanakan pendidikan sebaik mungkin dan mencapai prestasi seperti para pendahulu. Hal ini saya rasakan saat pertama kali masuk ke lembaga pendidikan tersebut. Saya disambut dengan baik oleh Staf Lembaga Pendidikan dan bercerita tentang para Perwira sebelumya. Saya tidak menyangka bahwa Indonesia sangat dikenal oleh masyarakat disana. Hal tersebut menambah motivasi dan kepercayaan diri saya untuk bisa menunjukkan performa terbaik sebagai duta bangsa.
Selain para Perwira US Army yang berjumlah sekitar 200 orang, beberapa Perwira dari Mancanegara juga mengikuti pendidikan yang sama, diantaranya dari India, Bangladesh, Jepang, Korea Selatan, Belgia, Armenia, Suriname, Mesir, Libanon, Uruguay dan Brazil. Mereka juga merasakan seperti yang saya rasakan. Bahwa Amerika Serikat tidak seperti yang dibayangkan sebelumya, yaitu negara super power, adi daya dan adi kuasa. Mereka sangat menghargai negara lain, terbukti dengan sambutan dan perlakuan kepada Siswa Mancanegara. Hal tersebut bukan berarti saya mengagung-agungkan Amerika Serikat. Bagaimanapun juga Indonesia adalah segalanya bagi diri saya.
Salah satu pengalaman yang sangat berkesan bagi saya adalah saat akhir pendidikan saya mengikuti Kuliah Bebas dengan beberapa topik pembicaraan. Pada kesempatan tersebut para siswa diberikan kelonggaran memilih 5 mata  kuliah dari 11 materi yang disiapkan. Saya tidak menduga sebelumnya bahwa dari 11 materi yang disiapkan ada 2 materi tentang Indonesia, yaitu "Indonesia Era Suharto" dan "Islam di Indonesia". Kebetulan dosen pengampunya berasal dari Australia. Tanpa berpikir panjang saya ambil 2 materi tersebut.
Mengetahui bahwa saya berasal dari Indonesia, sebelum memberi mata kuliah, dosen tersebut bertanya dan berkoordinasi dengan saya tentang isi materi kuliah. Apakah materi yang akan dia sampaikan sudah sesuai dengan kenyataan yang terjadi di Indonesia. Dan benar, dari materi yang disiapkan ada beberapa hal yang tidak sesuai dan harus saya koreksi/revisi. Akhirnya pada saat kuliah berlangsung saya berperan sebagai asisten dosen. Hal tersebut salah satu bukti bahwa Indonesia memiliki peran yang sangat penting. Indonesia tidak bisa dianggap sebelah mata oleh dunia.
Selama kurang lebih 7 bulan saya belajar tentang ilmu kemiliteran serta ilmu yang lain selama mengikuti pendidikan disana. Saya memiliki prinsip bahwa semua ilmu yang saya peroleh akan saya terapkan dan kembangkan demi kemajuan TNI AD pada khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya. Saat ini mungkin ilmu yang saya peroleh belum bisa secara langsung saya implementasikan pada tugas dan jabatan saya sekarang, tetapi pada masa yang akan datang, saya yakin ilmu saya akan sangat berguna. Terutama menghadapi situasi global yang semakin komplek, dihadapkan pada penegakan kedaulatan Bangsa Indonesia di wilayah regional maupun internasional.
Demikian sedikit pengalaman yang bisa saya bagikan kepada para pembaca sekalian, semoga bisa bermanfaat, dan apabila ada kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mari kita selalu bangga sebagai Bangsa Indonesia. Kita siapkan diri menghadapi Indonesia 2045.