Mohon tunggu...
Bayu PutraPamungkas
Bayu PutraPamungkas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pendaki gunung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Politik dalam Pilkada DKI Jakarta, Mengukur Pengaruh Citra Kandidat terhadap Keputusan Pemilih

19 November 2024   23:59 Diperbarui: 19 November 2024   23:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam konteks ini, citra kandidat memainkan peran yang sangat signifikan. Artikel ini akan membahas bagaimana komunikasi politik digunakan untuk membentuk citra kandidat dalam Pilkada DKI Jakarta dan bagaimana citra tersebut memengaruhi keputusan pemilih.

Komunikasi Politik dan Citra Kandidat

Komunikasi politik adalah proses di mana kandidat menyampaikan pesan kepada publik melalui berbagai saluran media, baik media lama (seperti televisi, radio, dan koran) maupun media baru (seperti media sosial dan kampanye digital). Tujuan utamanya adalah untuk membangun hubungan dengan pemilih, mempengaruhi pandangan mereka, dan akhirnya mendapatkan dukungan.

Salah satu aspek penting dari komunikasi politik adalah penciptaan citra kandidat. Citra kandidat adalah persepsi publik terhadap sosok calon pemimpin, yang dibentuk melalui pesan-pesan yang disampaikan selama kampanye. Citra ini mencakup berbagai elemen, seperti integritas, kredibilitas, visi dan misi, rekam jejak, dan hubungan emosional dengan pemilih.

Di Pilkada DKI Jakarta, komunikasi politik dan citra seorang kandidat sering kali menjadi faktor penentu dalam kemenangan, terutama di kalangan pemilih yang kurang terlibat dalam proses politik sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana citra mempengaruhi keputusan pemilih.

Pentingnya Citra dalam Pilkada DKI Jakarta

Pilkada DKI Jakarta mempunyai ciri khas yg berbeda dengan Pilkada di daerah lain. Sebagai ibu kota negara, Jakarta memiliki masyarakat yang beragam dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda. Pemilih di Jakarta tidak hanya terdiri dari warga asli, tetapi juga banyak pendatang dari daerah lain yang mencari peluang di kota besar ini.

Dalam konteks ini, citra kandidat menjadi sangat penting. Pemilih di Jakarta sering kali memilih kandidat berdasarkan kesan yang mereka peroleh dari kampanye dan media, bukan hanya dari program-program konkret yang ditawarkan. Citra kandidat yang kuat dan positif dapat mengatasi keraguan pemilih dan membangun rasa percaya yang cukup untuk mendorong mereka memberikan suara.

Contoh paling nyata dari pentingnya citra kandidat di Pilkada DKI Jakarta adalah dalam pemilihan gubernur pada tahun 2017, yang mempertemukan dua kandidat dengan citra yang sangat berbeda, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan. Jika, Ahok dikenal dengan citra tegas dan berani melawan korupsi, sementara Anies diposisikan sebagai sosok yang lebih dekat dengan rakyat dan memiliki visi yang lebih inklusif. Kedua kandidat ini menggunakan komunikasi politik untuk memperkuat citra mereka di mata pemilih, baik melalui media sosial, iklan kampanye, maupun kampanye tatap muka.

Pengaruh Citra terhadap Keputusan Pemilih

Penelitian dalam komunikasi politik menunjukkan bahwa citra seorang kandidat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keputusan pemilih. Citra yang positif dapat menciptakan rasa kepercayaan dan antusiasme, sedangkan citra negatif sering kali berpotensi melemahkan dukungan. Beberapa cara citra kandidat memengaruhi keputusan pemilih antara lain:

  • Emosi dan Hubungan Pribadi: Citra seorang kandidat yang mampu membangun kedekatan emosional dengan pemilih akan meningkatkan peluang mereka untuk meraih suara. Kampanye yang berfokus pada narasi personal, seperti latar belakang keluarga, kisah hidup yang inspiratif, atau pendekatan empatik terhadap masalah yang dihadapi warga Jakarta, dapat menciptakan keterikatan emosional yang membuat pemilih merasa lebih dekat dengan kandidat.
  • Kepercayaan dan Kredibilitas: Kepercayaan merupakan salah satu faktor kunci dalam politik. Citra kandidat yang dibangun berdasarkan rekam jejak yang baik, konsistensi dalam kebijakan, dan integritas akan meningkatkan kredibilitas mereka di mata pemilih. Sebaliknya, citra yang buruk akibat skandal atau tindakan yang dianggap tidak etis dapat merusak kepercayaan publik dan mengurangi dukungan.
  • Pengaruh Media Sosial dan Teknologi: Di era digital, media sosial memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk citra kandidat. Kampanye digital memungkinkan kandidat untuk langsung berinteraksi dengan pemilih, membagikan pesan mereka, dan menanggapi kritik secara lebih cepat dan langsung. Penggunaan media sosial untuk memperkuat citra positif dan mengelola persepsi publik menjadi strategi penting dalam Pilkada DKI Jakarta.
  • Koneksi dengan Tokoh Terkenal atau Partai Politik: Pemilih seringkali terpengaruh oleh koneksi yang dimiliki kandidat dengan tokoh terkenal atau partai politik besar. Citra kandidat yang dilihat memiliki dukungan dari tokoh masyarakat atau organisasi yang dihormati dapat meningkatkan rasa percaya pemilih terhadap kualitas kepemimpinan yang ditawarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun