Mohon tunggu...
HS Harjanto
HS Harjanto Mohon Tunggu... -

la. lan.. lam...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebilah Kapak

16 Desember 2011   09:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:11 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua orang petani mendapatkan masing-masing sebilah kapak dari sang Raja. Penguasa negeri ini. Seratus petani yang lain juga mendapatkan apa yang mereka inginkan.

“Hmm, kenapa sebilah kapak ?” tanyaku pada Jagabaya. Salah satu petinggi di kampung tempat aku tinggal.

“Kita akan membuka hutan lagi di tepi desa, kang,” jawabnya datar.

“Hanya dua orang ?” tanyaku. Dan ternyata hanya dijawab dengan senyuman.

Dua hari telah berlalu. Aku perhatikan kedua petani itu bekerja dengan giat menebang pepohonan di tepi desa sebelah selatan. Masing-masing petani mampu merobohkan sebelas hingga duabelas pohon besar.

Hari ketujuh telah kami lalui. Kedua petani tampak tak merasa lelah bekerja. Namun hasil yang didapatkan ternyata tidak sama. “Kenapa bisa begitu ?” tanyaku pada Jagabaya.

“Cobalah perhatikan. Petani yang satu tak pernah mengasah kapaknya. Sedangkan yang satunya lagi, rajin mengasah kapaknya tiap sore hari. Sesudah pekerjaan usai, karena matahari hampir terbenam.”

Aku tersenyum kecut mendengar penjelasan Jagabaya. “Pantas saja dia menjadi petinggi di kampung ini,” gumamku.

Gunungkidul, 16 Desember 2011


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun