Prolog: Tadi sempat jalan2 bereuni dengan sang Diva Fatin Shidqia Lubis, melihat video audisinya kembali, yang mana di video itu kebanyakan yang ngasih komentar adalah para bule. Dan ketawa geli juga ketika ngliat komen yang banyak menyinggung masalah keislaman dengan seni (dalam hal ini menyanyi).
Dan coba googling nemu artikel ini, saya cuma ambil point2 yg relevan, klo mau lengkap silahkan menuju sumber aslinya :Â http://almanar.wordpress.com/2006/11/26/beda-seni-di-mata-barat-dan-islam/
Lalu apakah Islam melarang seni? Islam tak pernah melarang seni, kecuali memang ia ketakutan tak bisa lagi 'bert*lanjangria'....
Kasus kartun yang melecehkan Rasulullah saw, Satanic Verses Salman Rusdi, film Buruan Cium Gue, rencana majalah Pl*yboy versi Indonesia, kasus Anjasmara 't*lanjang', penolakan terhadap RUU Anti P*rnografi dan P*rnoaksi yang dilakukan LSM-LSM feminis dan mereka yang mengatakan diri sebagai pekerja seni, serta puluhan kasus serupa yang telah menimbulkan keresahan masyarakat-hingga menyebabkan terjadinya demonstrasi dalam skala internasional, terjadi bisa dikarenakan akibat dari merebaknya ideologi kebebasan berekspresi, yakni paham liberal.
Paham ini, adalah sebuah ideologi "mentah" yang dipaksakan oleh negara-negara besar terhadap dunia ketiga.
Penulis mengatakan mentah karena ideologi ini dibiarkan cair tanpa batasan-batasan yang jelas, tidak heran jika di Barat ada konvoi wanita t*lanjang di jalan-jalan umum, ada pesta kaum n*dis ada partys*x, semuanya, berdalih 'kebebasan ekspresi dan seni'.
Mentah, juga karena tidak mungkin diterapkan secara fair karena jika hendak diterapkan secara fair maka mau tidak mau Barat juga harus bisa menerima "kebebasan ekspresi balasan". Walhasil ideologi kebebasan berekspresi versi Barat hanyalah teori di awang-awang, yang tidak bisa diterapkan kecuali dengan senjata dan standar ganda.
Kerusakan moral adalah penyakit serius yang sedang menjangkiti Barat akibat penerapan ideologi mentah ini, maka ketika mereka tidak bisa lagi mengatasi problem. Mau tidak mau, untuk menutupi semua borok, mereka memoles ideologi ini dengan jargon-jargon indah, serta mulai melakukan pemaksaan terhadap negara-negara Muslim untuk mengikutinya. Bahkan ada pihak-pihak yang berani memutar balikkan ayat serta maqasid syari'ah supaya umat Islam ramai-ramai menyambut hiruk-pikuk ideologi ini.
Tentu ideologi produk Barat berbeda dengan Islam. Islam adalah agama "realita", Islam bukanlah agama yang menyuruh umatnya untuk tinggal di kuil-kuil dan terus-menerus melakukan ritual meninggalkan kehidupan dunia, juga bukan ideologi yang mencampakkan penganutnya ke dalam lautan syahwat yang tidak bertepi, yang tidak mengenal halal-haram, tidak mengenal akhlak, serta menyebarkan kerusakan di mana-mana dengan dalih seni.
Islam dan Seni
Islam berinteraksi dengan manusia secara total, jiwa dan raganya, akal dan nuraninya. Jika nutrisi menghidupi badan, pengetahuan menghidupi akalnya, maka seni (al fann) yang menghidupi nuraninya.